Rabu, 11 April 2018

Berlaku Cerdik Dalam Perkara Dunia dan Surga



Oleh : L.E. Pramono*

Ada hal yang cukup membingungkan saat membaca perumpaan tentang bendahara yang tidak jujur sebagaimana tersurat dalam Injil Lukas 16 : 1 – 9. Sekilas muncul kesan bahwa Tuhan Yesus seakan-akan membenarkan aksi sang bendahara itu.
Bahkan di ayat 9 Tuhan Yesus berkata, “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."
Apakah ini berarti Tuhan menganjurkan pada umatNya untuk menggunakan harta benda yang tidak jujur untuk meraih surga?, tentu saja tidak. Lalu sebenarnya apa yang Tuhan maksudkan dalam perumpamaan ini?
Mari kita selidiki kisah ini dari awal. Cerita ini sendiri bermula dari kisah seorang bendahara yang akan dipecat lantaran diketahui memboroskan harta tuannya. Karena itu iapun disebut sebagai bendahara yang tidak jujur.Meski begitu ia masih diberi waktu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Di batasan waktu yang sempit, iapun berusaha menggunakan akalnya untuk menyelamatkan hidupnya di masa depan. Ia mulai menghitung-hitung peluang yang bisa diterobosnya. Di ayat 3 ia berkata dalam hatinya, “....Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu.”
Lalu timbullah akalnya. Ia memanggil semua orang yang berhutang pada tuannya dan meminta mereka membuat surat hutang baru yang nilainya lebih kecil dari surat pernyataan hutang sebelumnya.
Semua itu ia lakukan untuk menimbulkan simpati dari para kreditur dengan harapan mereka akan membalas hutang budi itu saat sang bendahara benar-benar kehilangan pekerjaannya.
Meski begitu apa yang ia lakukan tersebut sebenarnya tidak menimbulkan kerugian bagi tuannya. Pasalnya nilai yang dihapusnya dari surat perjanjian hutang tersebut sebenarnya adalah bunga dari hutang yang sebenarnya tidak diperkenankan menurut hukum taurat.
Dalam Kitab Keluaran 22 : 25 Tuhan melarang umat Israel berlaku riba, atau mengenakan bunga atas pinjaman. "Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat¬Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya" (baca juga Imamat 25:36; Ulangan 15:8; 23:19).
Untuk menyiasati aturan tersebut umat Israel menerapkan sistem perjanjian bipartit antara pemilik uang atau barang dengan kreditur. Dimana besaran bunga langsung dimasukkan ke dalam hutang.
Kemudian pihak kreditur membuat surat pernyataan hutang yang memuat nilai terhutang yang sudah termasuk bunganya itu. Dan aktifitas ini dilakukan oleh bendahara.
Dalam kasus ini, sang bendahara mengambil langkah cerdik dengan mengacu pada firman Tuhan. Inilah yang kemudian membuat tuannya memuji manuver yang dilakukan sang bendahara.
Hal itu dilakukan lantaran para kreditur menganggap sang pemilik barang itu sebagai orang yang baik budi dan saleh karena berlaku sesuai dengan Taurat Tuhan dalam hal hutang piutang.
Disini Tuhan mengajarkan, bahwa sesulit apapun masalah yang kita hadapi maka langkah yang terbaik adalah kembali pada firman Tuhan. Karena hanya sabdaNya itulah yang mampu membawa kita keluar dari berbagai persoalan.
Lihat saja pernyataan di ayat 8, “....Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.” Makna bebasnya adalah orang berdosa seperti bendahara yang tidak jujur itu saja tahu cara yang benar, masa anak-anak Tuhan justru tak tahu bahwa Alkitab adalah sumber terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Hal itu Tuhan katakan untuk murid-muridNya sekaligus orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang ikut mendengarkan pengajaranNya. Hal ini bisa dilihat mulai dari Lukas 14.
Saat itu Tuhan melakukan banyak hal di depan penantang-penentangnya. Mulai dari menyembuhkan orang yang sakit busung air dan mengajarkan banyak hal termasuk memberikan perumpaan tentang domba, dirham dan juga anak yang hilang (Pasal 15).
Sampai pada batasan ini, ada beberapa hal yang bisa ditangkap dari perumpamaan ini. Yang pertama adalah jangan pernah berputus asa saat menghadapi persoalan dalam kehidupan. Jangan pernah merasa dunia sudah berakhir saat badai masalah datang melanda. Pasti ada jalan keluar asalkan kita punya kemauan.
Pelajaran yang kedua adalah langkah yang benar untuk keluar dari masalah adalah kembali pada pengajaran Tuhan dan yang terpenting adalah melakukan segala yang difirmankan Tuhan.
Yang terakhir, kenapa Tuhan meminta kita untuk mengikat persahabatan dengan menggunakan mamon yang tidak jujur. Istilah ‘mamon yang tidak jujur’ itu dipakai karena konteks pembicaraan Tuhan saat itu adalah bendahara yang awalnya bertindak tidak jujur.
Jadi subyeknya adalah mamon yang arti harafiahnya adalah uang atau harta benda dan kita tahu bahwa benda tidak memiliki sifat. Penggunaan kata ‘yang tidak jujur’ dalam kalimat itu hanyalah sampiran yang disesuaikan dengan konteks pembicaraannya.
Sehingga maknanya adalah Tuhan meminta kita menggunakan harta benda kita sebagai sarana untuk membangun persahabatan dengan sesama manusia dengan tujuan memuliakan nama Bapa di surga.
Misalnya dengan mendukung program-program pembangunan gereja ataupun aksi-aksi sosial yang dilaksanakan gereja untuk menyatakan kasih kemurahan Tuhan pada orang-orang yang belum mengenalnya.
Dan kelak, saat kita harus kembali kepadaNya dan tak bisa lagi memanfaatkan harta benda duniawi yang kita miliki sebelumnya, Tuhan akan menerima kita di rumahNya karena kecerdikan dan ketulusan kita dalam mengelola harta benda yang dititipkan Tuhan pada kita.
Tuhan Memberkati.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar