Rabu, 11 April 2018

Berakhir Dengan Benar



Salomo adalah raja besar bagi Israel. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Israel berada pada puncak kejayaan yang gilang gemilang. Kitab 1 Raja-Raja 4 : 21 dan 2 Tawarikh 9 : 26 mencatat wilayah kekuasaan Salomo membentang mulai sungai Efrat sampai negeri orang Filistin, dan sampai ke tapal batas Mesir.
Superioritas Salomo itu terjadi bukan lantaran kehebatannya di medan peperangan seperti Daud, ayahnya. Namun terjadi karena para raja di kerajaan-kerajaan itu kagum dengan hikmat yang dikaruniakan Tuhan pada Salomo sehingga mereka dengan sukacita menyampaikan upeti, dan tetap takluk pada Raja Israel ketiga itu.
I Raja-raja 4:29-30 mencatat, “Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir”
Kehebatan Salomo juga terwujud dari keberhasilannya membangun Bait Suci di Yerusalem, Istana raja di Gezer, Gedung ‘Hutan Libanon’, Balai saka, Balai Singgasana dan juga istana bagi anak Firaun yang menjadi istrinya.
Belum lagi dengan kekayaannya yang juga begitu luar biasa. Kitab 2 Tawarikh 9 : 13 – 28 menulis kekayaan Salomo. Diantaranya digambarkan segala perkakas minuman raja Salomo terbuat dari emas, juga segala barang di gedung ‘Hutan Libanon’.
Sedangkan perak sama sekali tidak dianggap karena jumlahnya yang begitu banyak  hingga dianalogkan dengan bebatuan. Belum lagi kekayaan dalam bentuk kayu aras dan juga batu mulia.
Selain terkenal sebagai raja yang bijaksana dan berhikmat, Salomo juga dikenal sebagai salah seorang penulis Alkitab -- Kitab Amsal, Kidung Agung, Pengkhotbah, dan beberapa Mazmur.
Bahkan, dia juga menulis kumpulan 18 Mazmur dari tahun 63 dan 30 sebelum Masehi. Kumpulan syair pujian yang indah dan bermakna begitu dalam di Kitab Amsal memakai nama Salomo sebagai penulis utama (Amsal 1:1).
Dua syair yang tertulis dalam kitab Mazmur (Mazmur 72 mengenai raja itu dan Mazmur 127 tentang hikmat) menggenapkan daftar bagian Alkitab yang dikaitkan dengan hikmat Salomo.
Sungguh, tak seorang pahlawan pun pada zaman kuno yang begitu luas dipuja dalam karya sastra rakyat, kecuali Salomo. Cerita-cerita Yahudi, Arab, dan Ethiopia tentang kejayaan ilmu dan pengetahuan Salomo, dan tentang kekuatan-kekuatan gaibnya tersebar sangat banyak hingga saat ini.
Kekuasaan, kekayaan, hikmat dan segala bentuk kejayaan itu semua dimilikinya karena Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya (lihat 1 Raja 3:3).

From Hero to Zero
Kemampuan Salomo dalam berdagang pun cukup besar. Ia tahu benar betapa pentingnya kedudukan Israel sebagai jembatan yang menghubungkan Mesir dengan Asia.
Oleh karena itu, ia memanfaatkan kedudukannya itu dengan menguasai jalur perdagangan utama dari Utara ke Selatan. Perjanjian-perjanjian yang mengikat antara dia dengan Hiram, Raja Tirus, menyediakan armada yang memungkinkannya memonopoli jalur pelayaran laut.
Selama masa pemerintahannya, Salomo tidak memiliki gerakan militer yang menonjol. Ia lebih fokus pada upaya mempertahankan wilayah kekuasaan kerajaan Israel yang luas itu selagi tidak ada kekuatan tandingan setelah melemahnya dominasi Kerajaan Mesir dan Asyur.
Kebijaksanaan utama politik luar negeri Salomo adalah menjalin persahabatan dan persekutuan dengan kerajaan-kerajaan di sekelilingnya yang kerap kali diteguhkan melalui pernikahan antara putri raja kerajaan sahabat dengan Salomo.
Karena itulah, Kitab 1 Raja-Raja 11 : 3 menyebutkan Salomo memiliki 700 orang istri dan 300 orang gundik. Mereka berasal dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan seperti dari Mesir, Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het.
Di masa mudanya, Salomo memang begitu berapi-api dalam mengiring Tuhan. Namun lama kelamaan hati dan jiwanya pun mulai terseret bahkan terjerumus ke dalam lembah kekelaman.
Pengaruh istri-istrinya itu membuat Salomo akhirnya meninggalkan Tuhan dan mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon dan Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon.
Ia juga mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan yang dipuja orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sesembahan bani Amon.
Alkitab menggambarkan, Salomo memang tidak sepenuhnya berpaling dari Tuhan. Buktinya tulisan-tulisannya dalam Kitab Pengkhotbah yang diyakini dihasilkan di masa tuanya banyak menuliskan tentang penyesalan akan kesalahannya.
Namun disisi lain ia juga tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan. Dengan kata lain, ia tidak dingin, juga tidak panas alias suam-suam kuku. Ia memilih untuk lebih mendahulukan keinginan daging dan kemauannya sendiri daripada mengikuti Tuhan dan perintah Tuhan.
Dan Tuhan sangat membenci iman yang suam-suam kuku sebagaimana tersurat dalam Kitab Wahyu 3 : 16, “Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.”
Atas pelanggarannya tersebut, Tuhan berusaha mengingatkannya seperti yang tertulis dalam Kitab 1 Raja-Raja 11 : 11 - 13. Parahnya, Salomo justru merespon peringatan itu dengan berusaha keras melawan Firman Tuhan Allah mengenai kehancuran kerajaan-Nya (1 Raja-raja 11:40).

**************************

Kisah Raja Salomo ini memberikan pengajaran pada kita tentang pentingnya menjaga iman dan kasih kita pada Tuhan agar jangan sampai terperangkap dalam jerat Iblis.
Itulah mengapa 2 Korintus 13:5 menasihati kita “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.”
Keberadaan iman dalam diri kita harus diperjuangkan (baca Yudas 1 : 3). Dan kita harus berpegang teguh pada Iman yang mula-mula dalam kristus Yesus itu hingga pada akhirnya (Baca Ibrani 3:14)
Raja Salomo adalah seseorang yang punya segalanya selama ia hidup di dunia. Berbeda dengan perjalanan hidup hamba-hamba Tuhan di masa-masa awal tumbuhnya kekristenan yang penuh dengan penderitaan bahkan hingga mati dalam kehinaan.
Namun sebagaimana ditulis oleh Rasul Paulus dalam Surat 2 Timotius 4:7, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”
Hari ini, kita sudah berada di track yang benar, mari kita perjuangkan terus iman kita dengan sekuat tenaga hingga di garis akhir dengan kondisi yang benar dan berkenan di mata Tuhan. *Mas Pram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar