Jumat, 13 Februari 2015

Reduce, Reuse, Recycle (3R)



KAMU pasti sudah pernah mendengar istilah 3R diatas yang sering didengungkan oleh banyak pencinta lingkungan. 3R itu adalah Reduce, Reuse and Recycle.
“Reuse” adalah memanfaatkan kembali limbah sampah yang sebenarnya masih dapat dipergunakan, misalnya untuk membuat kerajinan dan barang-barang lainnya.
“Reduce” yaitu mengurangi debit sampah yang dibuang, dimulai dari unsur terkecil yaitu diri sendiri untuk menghindari sebisa mungkin menggunakan barang yang dapat menimbulkan sampah. Misalnya memilih menggunakan gelas untuk minum daripada air minum dalam kemasan.
Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak ‘terlalu’ dibutuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan.
Kurangi juga penggunaan kertas tissue dan ganti dengan sapu tangan, kurangi penggunaan tas plastik dan kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca koran online dan lainnya.
Kemudian, lanjut dia, “recycle” adalah mengolah sampah yang sudah tidak dapat digunakan menjadi sesuatu yang bermanfaat, misalnya mengolah sampah menjadi kompos.
Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sayuran, kulit buah, dan daun. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/ hancur) secara alami.
Sedangkan sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama.
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian.
Berdasarkan asalnya, kertas koran, dan karton termasuk sampah organik.
Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.
Sampah yang dibuang harus dipilah-pilah, sehingga dapat dikomposkan dan di daur ulang secara optimal. Tidak seperti kebanyakan saat ini yang mencampurkan semua jenis sampah menjadi satu.
Pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak bahan-bahan sampah yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mencemari bahan-bahan anorganik yang dapat di daur ulang. Tapi semua itu akan percuma kalau di tempat pembuangan akhir semua sampah itu tetap menjadi satu.
Mudah Kok Bikin Kompos
Nah, sampah-sampah anorganik tadi bisa kalian manfaatkan kembali menjadi barang yang berguna. Misalnya men-jadikan bekas botol plastik air minum men-jadi pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali.
Sedangkan sampah-sampah organik seperti sisa makanan, potongan sayur, isi perut ikan dan lain sebagainya bisa kita olah kembali menjadi kompos. Berikut adalah langkah sederhana membuat kompos yang sangat tidak memerlukan daya yang besar. Sungguh!
1. Siapkan Reaktor Kompos (Komposter). Reaktor ini adalah wadah yang terbuat dari PVC atau drum berukuran kira-kira 1 meter kubik. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah, reaktor ini harus memiliki sistem ventilasi yang bagus.
2. Reaksi pengkomposan adalah memang jenis reaksi yang memerlukan udara. Jika reaktor ini tidak memiliki sistem ventilasi yang baik, proses pembusukan yang terjadi juga akan menghasilkan bau busuk akibat dari pembentukan amoniak dan H2S.
3. Siapkan bahan (atau sampah) organik yang akan dikomposkan. Sampah organik yang disiapkan bisa berasal apa saja, misalnya dari sisa sayuran, nasi, atau potongan-potongan tanaman dari kebun. Agar kompos tidak berbau, hindari memasukkan daging, tulang dan minyak.
4. Sebelum dimasukkan ke dalam reaktor kompos, bahan-bahan tadi sebaiknya dipotong kecil-kecil agar proses dekomposisinya menjadi lebih cepat dan lebih sempurna.
5. Proses pembusukan atau dekomposisi memerlukan bakteri pengurai. Jadi, alangkah baiknya jika bahan-bahan tadi dicampur terlebih dahulu dengan sumber bakteri pengurai sebelum dimasukkan ke dalam reaktor kompos.
6. Sumber bakteri pengurai yang paling mudah didapat adalah pupuk kandang (kotoran ternak). Bakteri pengurai yang dapat digunakan untuk membantu proses pengomposan juga dijual di toko-toko penjual pupuk. Salah satunya adalah EM4 (Effective Microorganism 4) yang biasanya dijual seharga Rp 15 ribu sebotol berukuran 1 liter.
7. Agar proses pengomposan berjalan dengan sempurna, media harus mengandung kira-kira 50% air. Jadi jangan lupa untuk selalu menyiram media kompos ini setiap hari dengan air secukupnya. Bila perlu, bolak-balik media kompos setiap hari agar proses aerasi berjalan sempurna.
8. Selama proses pengomposan, sering kali lalat menjadi masalah yang menjengkelkan. Oleh sebab itu, usahakan agar setiap lubang di reaktor kompos itutup dengan kawat kasa. Bila bau tak sedap keluar, tambahkan air dan EM4, dan bau segera menghilang.
9. Jika proses ini berjalan dengan baik, setelah 5 hari volume sampah yang dimasukkan akan menyusut kira-kira menjadi hanya 25% dari volume awalnya. Jadi untuk skala rumah tangga, reaktor kompos berukuran 1 m-kubik sudah lebih dari cukup.
10. Kompos siap dipanen setelah diproses kira-kira 2-3 minggu, bergantung pada tahap pemrosesnya. Kompos yang diperoleh adalah lumpur hitam yang mengandung air kira-kira 50%. Sehingga, untuk mendapatkan kompos kering, lumpur tadi harus dijemur. Mudah, kan? Sederhana dan jauh lebih sehat.
(Luddy Eko Pramono, Buku Cintai Tanahmu : Kasihi Airmu)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar