Jumat, 13 Februari 2015

Barang Bekas Jadi Berkelas



LALU bagaimana dengan penanganan sampah non organik. Sampah-sampah jenis ini bisa kita alih fungsikan menjadi benda lain yang bermanfaat. Contohnya, botol plastik dibuat tempat sabun cair, pencuci lantai dsb. Jadi kita uma beli refill aja, hemat bukan? Atau kaleng-kaleng cat yang dijadikan pot tanaman dan sebagainya.
Cara kedua adalah memprosesnya menjadi bentuk lain. Daur ulang plastik tak hanya bisa menjaga kelestarian alam. Tapi juga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi. Apalagi, jika pengelolaan sampah plastik itu dilakukan dengan serius dan mendapatkan dukungan pemerintah.
Tak hanya itu, daur ulang plastik juga dapat membuka lapangan kerja baru, seperti tenaga sortir plastik, tenaga giling, tenaga pengepakan sampai staf administrasi dan keuangan.
Potensi limbah plastik sebagai bahan komoditas mulai disadari para perlaku bisnis di Indonesia. Terbukti dengan munculnya industri-industri daur ulang plastik kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Di Batam, kini juga mulai bermunculan pelaku-pelaku daur ulang plastik. Mulai yang dilakukan para pencinta lingkungan sampai di perumahan-perumahan. Misalnya, seperti menjadikan sampah-sampah plastik itu sebagai aksesoris maupun untuk kebutuhan lainnya seperti untuk tas, tempat sepatu dan lain-lain.
Namun, jika dibandingkan dengan negara luar, kita jauh tertinggal dalam hal pengelolaan sampah. Di Jepang misalnya, daur ulang di Jepang dilakukan secara besar-besaran dengan melibatkan seluruh masyarakat, lengkap dengan undang-undangnya.
Para konsumen bertanggung jawab untuk memilah-milah sampah masing-masing (sampah basah, sampah kering yang dipilah-pilah lagi menjadi botol gelas dan plastik, kaleng aluminium, dan kertas, sedangkan pemerintah daerah bertanggung jawab mengorganisir sampah-sampah itu untuk diserahkan ke pabrik pendaur ulang).
Sementara di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember.
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri.
Antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya.
Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui.
Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai.
Proses daur ulang plastik dimulai dengan memisahkan plastik berdasarkan jenisnya, misal PET (seperti botol air mineral) tidak dicampur dengan PP (gelas air mineral) dan sebagainya. Anda harus belajar jenis-jenis plastik.
Lalu plastik yang sudah disortir dibersihkan dengan air dan sabun untuk menghilangkan kotoran-kotorannya seperti pasir, lumpur dsb. Keringkan dengan dijemur.
Berikutnya plastik itu harus dihancurkan dengan menggunakan mesin giling khusus. Dari Mesin giling ini, dihasilkan serpihan plastik yang namanya “flakes”. Makanya dikenal istilah PET bottle flakes. Ya kayak cereal gitu.
“Flakes” itu merupakan bahan baku biji plastik atau pelet plastik. Dari “flakes” itu lalu dicuci menggunakan cairan kimia, atau yang paling bagus pakai mesin cuci yang menggunakan air panas.
Pada dasarnya plastik-plastik bekas ini bisa dimanfaatkan kembali menjadi barang apa saja yang berguna bagi kehidupan manusia, tergantung dari kreatifitas kita masing-masing.
Salah satu contohnya adalah limbah tas plastik yang disulap siswa-siswi SMK 3 Kimia Madiun menjadi berbagai kerajinan unik dan menarik. Mulai dari tas, dompet, bingkai foto, taplak meja bahkan sampai bed cover.
Karena keterampilan memanfaatkan limbah tersebut, karya Liani Jumiat Asri, Ria Dwi Santi, Mukti Ary Wibowo dan Danang Budhi Permana tersebut mendapat penghargaan juara Harapan I dalam lomba bertema Perbaikan Lingkungan di Sekolah dan Area Sekitarnya yang diselenggarakan Yayasan Tirai Indonesia dan Auto 2000 dan Penghargaan dari ajang kompetisi lingkungan di Jakarta oleh Toyota.
Kerajinan mereka memang cukup sederhana. Tas plastik bekas yang sudah tak terpakai dicuci sampai bersih. Selanjutnya, warna dikelompokkan, mulai hitam, putih, merah atau warna lainnya. Lalu, tas plastik tersebut dipotong melintang. Ukuran memang variatif, tergantung kerajinan apa yang akan dibuat. Kalau akan membuat dompet, ukurannya bisa lebih kecil.
Setelah dipotong-potong, kemudian ditentukan motif warna kerajinan yang akan dibuat. Untuk motif dengan nuansa merah dan hitam, lembaran plastik yang dibutuhkan harus merah dan hitam pula.
Setelah itu, mulailah lembar satu dengan lainnya dikaitkan dengan cara dianyam. Setelah terikat satu dengan lainnya, masing-masing simpul anyaman berbentuk segi empat. Menganyamnya juga tidak sulit kok. Setelah jadi lembaran, dibentuk menjadi barang yang diinginkan, entah tas tenteng lengkap dengan tali, dompet, bingkai foto, dan lainnya.
Berikut langkah-langkah pembuatannya:
1. Tas plastik bekas yang sudah tidak terpakai dikumpulkan lalu dicuci bersih.
2. Kelompokkan plastik-plastik tersebut menurut warnanya, biasanya ada hitam, putih, merah, biru, dsb. (Bisa juga dipisahkan menurut  ukuran serta ketebalannya, sehingga bisa lebih seragam – tambahan)
3. Potong melintang dengan ukuran 15 cm x 40 cm. Ukuran ini bisa diatur sesuai jenis produk yang ingin dihasilkan.
4. Tentukan warna motif yang akan dibuat. Jika menginginkan tas motif merah hitam, maka plastik warna itu saja yang digunakan.
5. Kaitkan potongan-potongan tersebut sehingga membentuk anyaman. Setelah saling terikat lalu disimpulkan membentuk segi empat. Begitu seterusnya sampai membentuk lembaran.
6. Setelah membentuk lembaran, barulah dipotong/dibentuk lagi sesuai keinginan.
Langkah-langkah tersebut hanya teknik dasar saja. Masih perlu proses lebih lanjut untuk bisa menghasilkan produk yang bernilai ekonomi. Ini menuntut kreatifitas dari sang pembuat.
Pembuatan produk kerajinan berbahan tas plastik memang membutuhkan ketekunan dan kreatifitas tersendiri. Tapi dilihat dari segi bahannya yang sangat mudah didapat dan murah, kerajinan dari bahan tas plastik mungkin bisa menjadi salah satu alternatif usaha pemanfaatan limbah.
Apalagi saat ini sedang gencar-gencarnya berita tentang kerusakan alam akibat sampah dan polusi. Selain itu, kerajinan berbahan limbah juga sedang menjadi tren tersendiri. Apabila produk yang dihasilkan cukup berkualitas tentu bisa bersaing di pasaran.
(Luddy Eko Pramono, Buku Cintai Tanahmu : Kasihi Airmu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar