Minggu, 08 Februari 2015

Mengajari Anak Berdoa


Doa adalah bentuk komunikasi manusia dengan Khaliknya. Dalam doa, kita bisa menjalin hubungan yang akrab dengan Tuhan, sama halnya membangun kedekatan dengan sesama manusia. Karena itu doa harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan harus pula diajarkan pada anak-anak.

 Sejak dini setiap anak harus diajar untuk mengenal dan dekat dengan Tuhan, karena itulah yang Tuhan harapkan dari umat-Nya. Bahkan sejak ia bayi, kala ia hanya bisa mengamati saja perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya. 
    
Hal pertama yang bisa diajarkan adalah kebiasaan dan sikap doa. Artinya orang tua haruslah lebih dulu membangun saat-saat doa secara kontinyu dan konsisten. Misalnya saat makan, saat akan berangkat kerja, saat akan tidur dan setelah bangun tidur. Biarlah si kecil melihat saja dulu. Jika itu dilakukan terus menerus maka otaknya akan menyimpan apa yang ia lihat tersebut dalam memorinya.
Dan saat usianya makin bertambah, mulailah mengajak anak ikut berdoa. Mungkin ia tetap akan diam saja, bahkan sambil membuka matanya untuk mengawasi papa dan mamanya berdoa. Saat itu perlahan-lahan ajarkan sikap doa padanya. Cara melipat jari-jari tangannya lalu belajar memejamkan matanya saat ia mendengar doa.
Ketika ia sudah mulai fasih bicara, ini adalah titik awal untuk mengajarinya doa-doa pendek. Misalnya “Terima kasih atas makanan ini. Dalam Nama Tuhan Yesus, Amin.” Ajarkan juga doa pendek untuk dihafalnya kala ia bangun tidur dan akan tidur dan sebagainya.
Nanti, saat perbendaharaan kata-katanya semakin banyak, maka sudah pasti doanya akan semakin panjang. Untuk itu ajarkan ia untuk bercerita tentang apa yang ia lakukan atau yang ia alami sepanjang hari itu pada Tuhan dalam doanya.
Memang tak mudah mengajari anak berdoa, namun justru itulah tantangannya. Pengajaran itu harus dilakukan berulang-ulang, bahkan anak yang sudah berusia diatas lima tahun sudah bisa diberi pengertian tentang pentingnya arti doa baginya. Tentu saja menerangkannya harus menggunakan kata-kata sederhana yang bisa mereka mengerti.
Pengenalan doa ini sangat baik untuk menumbuhkan rutinitas. Inilah yang penting. Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu. Kebiasaan itu akan terus tumbuh hingga anak dewasa kelak.
Dan jika si anak sudah terbiasa curhat pada Tuhan, ajarlah mereka untuk mendoakan orang-orang disekitarnya. Mendoakan papa, mendoakan mama, mendoakan om dan tante, kakak dan adik juga kakek dan nenek.Pengajaran ini akan menumbuhkan sikap empati anak pada orang lain. Ini akan melatih kepekaan sosialnya.
Dengan berdoa, orangtua secara tak langsung mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Saat meminta sesuatu mereka harus lebih dulu tunduk, sungguh-sungguh dan berupaya serta sabar menanti. Ini merupakan modal dasar saat anak harus mempelajari berbagai etika lainnya.
            Doa juga akan mengajar anak untuk menghargai miliknya. Misalnya dengan berdoa sebelum makan, ia akan menilai makanan itu sebagai pemberian Tuhan yang harus disyukuri, tak boleh dibuang dan disia-siakan.
            Yang terpenting dilakukan orang tua adalah jangan segan-segan memuji anak jika ia sudah berdoa. Dengan menghargai doa yang dibuat anak, orangtua turut meningkatkan kepercayaan dirinya, sekaligus memberikan suntikan motivasi kepada anak untuk lebih giat berdoa. 
Dengan menanamkan kebiasaan berdoa, orangtua mengajarkan, anak tidak hanya penting bagi orangtua saja, tapi juga buat Tuhan. Kelak, anak akan merasa bernilai di sisi-Nya. Ia tahu Tuhan akan menjaganya. Nantinya saat beranjak dewasa, bukan tak mungkin anak akan menemukan kedamaian dengan berdoa, utamanya saat dilanda berbagai persoalan dan problema hidup.(*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar