Kamis, 20 April 2017

Samuel - Wahyu Sang Nabi




Para sejarahwan Alkitab menyebut Nabi Samuel sebagai penulis Kitab Samuel. Namun diperkirakan Kitab tersebut tidak diulisnya sendiri. Kontributor lainnya yang adalah nabi/sejarahwan Nathan dan Gad (1 Tawarikh 29:29).
Berdasarkan manuskrip aslinya, kitab 1 dan 2 Samuel berasal dari satu kitab. Para penerjemah Septuaginta telah memisahkan kedua kitab tersebut dan sejak pemisahan tersebut, tidak pernah digabungkan lagi.
Peristiwa yang terjadi dalam kitab 1 Samuel terjadi dalam kurun waktu 100 tahun, yakni sekitar 1100- 1000 SM, sejak kelahiran Samuel sampai pada kematian Saul, raja Israel yang pertama.
Samuel sendiri telah dikenal oleh seluruh Israel dari daerah Dan sampai Bersyeba. Ia telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan, dan ia menjadi hakim Israel yang terkemuka (I Samuel 3:20).
Samuel mendirikan sekolah nabi yang pertama, dan dengan setia ia mengajarkan firman Allah dan berhasil menuntun umat pada tingkat kesalehan hidup yang tertinggi sejak masa Yosua kira-kira 300 tahun sebelumnya.
Karena Samuel dikenal sebagai orang yang mengutamakan doa dan Firman Allah (I Samuel 7:5-8; 8:6; 12:17; 15:11), maka ia mampu mempersatukan suku-suku Israel, dan menetapkan Kerajaan Israel.
Ia juga meletakkan dasar bagi jabatan kenabian. Sejak saat itu, para nabi menjadi jabatan yang penting dan mereka digunakan sebagai alat Allah untuk menyampaikan kehendakNya kepada pemerintah dan kepada seluruh umat.
Namun, ketika Samuel telah lanjut usianya, seluruh tua-tua Israel datang kepadanya di Rama dan mengingatkannya bahwa anak-anaknya tak layak menggantikannya sebagai pemimpin. Karena itu mereka menuntut seorang raja seperti bangsa-bangsa lain (I Samuel 8:5).
Walaupun Musa telah memberi petunjuk mengenai prosedur pemilihan seorang raja (Ulangan 17:14-20), tuntutan mereka ini membuktikan ketidakberimanan bangsa Israel kepada Allah, sebagai satu-satunya Raja mereka yang benar.
Mereka lupa bahwa setelah kematian Eli, Allah telah turun tangan dan mengalahkan bangsa Filistin ketika Samuel berseru kepada Tuhan dalam doa (I Samuel 7:9-13).
Allah berbicara kepada Samuel dan berkata: Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka (I Samuel 8:7). Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka (I Samuel 8:22).
Allah kemudian menyuruhnya untuk mengurapi Saul sebagai raja. Saul tampak lebih tinggi dan lebih gagah dari pada setiap orang sebangsanya (I Samuel 9:2), jadi pantaslah bila ia dipilih sebagai raja.
Pemerintahan Saul dimulai dengan kemenangan militer yang spektakuler (I Samuel 11:6-13). Namun, pada saat Saul telah ditetapkan menjadi raja, kegagalannya dalam mentaati Tuhan secara penuh tampak jelas (I Samuel 15:3,20-21).
Hal ini membuat Samuel harus menegur Saul dengan berkata: Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.(I Samuel 15:23,26). Hal ini merupakan titik balik dalam kehidupan Saul, karena kita membaca: Tetapi Roh Tuhan telah mundur dari pada Saul (I Samuel 16:14). Karena itu Allah kemudian menyuruh Samuel mengurapi Daud sebagai raja.* dari berbagai sumber
Dikutip dari Glory News, warta Ibadah Gereja Bethany Indonesia House of Glory Sidoarjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar