Kamis, 14 Juni 2018

Yoel — Nabi Pemberita Pertobatan (Bag. 2)



Beberapa pelajaran yang perlu diingat dari Nabi Yoel

1.    Dosa membawa penghukuman.
Dengarlah ini, hai para tua-tua, pasanglah telinga, hai seluruh penduduk negeri! Pernahkah terjadi seperti ini dalam zamanmu, atau dalam zaman nenek moyangmu?
Ceritakanlah tentang itu kepada anak-anakmu, dan biarlah anak- anakmu menceritakannya kepada anak-anak mereka, dan anak-anak mereka kepada angkatan yang kemudian.
Apa yang ditinggalkan belalang pengerip telah dimakan belalang pindahan, apa yang ditinggalkan belalang pindahan telah dimakan belalang pelompat, dan apa yang ditinggalkan belalang pelompat telah dimakan belalang pelahap.(Yoel 1: 2 – 4).
Yoel ingin penduduk Yerusalem mengerti arti dari tulah belalang yang terjadi. Rakyat menghadapi bencana kelaparan. Mereka bersalah karena dosa. Dia ingin mereka dapat melihat tangan Tuhan memegang tongkat dan bukan hanya hukuman yang akan datang.
Dia menginginkan mereka dapat melihat Tuhan dalam setiap peristiwa yang terjadi pada masa itu. Dia menginginkan mereka mendekat pada Tuhan dengan pertobatan yang sejati.

2.    Tidak ada sesuatupun yang dapat menggantikan pertobatan yang sejati.
"Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Yl 2:12-13.
Yoel mengharapkan penyesalan yang murni akan dosa. Rakyat harus datang dengan ratapan dan puasa untuk tersungkur di hadapan Tuhan. Allah menginginkan hati yang hancur, bukan pakaian yang robek.
Kita tidak bisa menyenangkan Tuhan dengan penampilan yang kelihatan dari luar. Allah melihat hati. Seseorang berbicara pada masa yang lalu tentang satu-satunya sikap orang berdosa yang bisa diterima. "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini!”(Lukas 18:13)
Kita tidak bisa datang kepada Tuhan dengan kesombongan dan kebenaran diri sendiri. Tidak ada sesuatupun yang dapat menggantikan pertobatan yang sejati. Pertobatan yang sejati mengizinkan Allah untuk mencurahkan berkat-Nya atas kita.*bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar