Salomo
adalah raja besar bagi Israel. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Israel berada
pada puncak kejayaan yang gilang gemilang. Kitab 1 Raja-Raja 4 : 21 dan 2
Tawarikh 9 : 26 mencatat wilayah kekuasaan Salomo membentang mulai sungai Efrat
sampai negeri orang Filistin, dan sampai ke tapal batas Mesir.
Superioritas
Salomo itu terjadi bukan lantaran kehebatannya di medan peperangan seperti
Daud, ayahnya. Namun terjadi karena para raja di kerajaan-kerajaan itu kagum
dengan hikmat yang dikaruniakan Tuhan pada Salomo sehingga mereka dengan
sukacita menyampaikan upeti, dan tetap takluk pada Raja Israel ketiga itu.
I
Raja-raja 4:29-30 mencatat, “Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan
pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi
laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi
segala hikmat orang Mesir”
Kehebatan
Salomo juga terwujud dari keberhasilannya membangun Bait Suci di Yerusalem,
Istana raja di Gezer, Gedung ‘Hutan Libanon’, Balai saka, Balai Singgasana dan
juga istana bagi anak Firaun yang menjadi istrinya.
Sedangkan
perak sama sekali tidak dianggap karena jumlahnya yang begitu banyak hingga dianalogkan dengan bebatuan. Belum lagi
kekayaan dalam bentuk kayu aras dan juga batu mulia.
Selain
terkenal sebagai raja yang bijaksana dan berhikmat, Salomo juga dikenal sebagai
salah seorang penulis Alkitab -- Kitab Amsal, Kidung Agung, Pengkhotbah, dan
beberapa Mazmur.
Bahkan,
dia juga menulis kumpulan 18 Mazmur dari tahun 63 dan 30 sebelum Masehi. Kumpulan
syair pujian yang indah dan bermakna begitu dalam di Kitab Amsal memakai nama
Salomo sebagai penulis utama (Amsal 1:1).
Dua
syair yang tertulis dalam kitab Mazmur (Mazmur 72 mengenai raja itu dan Mazmur
127 tentang hikmat) menggenapkan daftar bagian Alkitab yang dikaitkan dengan
hikmat Salomo.
Sungguh,
tak seorang pahlawan pun pada zaman kuno yang begitu luas dipuja dalam karya sastra
rakyat, kecuali Salomo. Cerita-cerita Yahudi, Arab, dan Ethiopia tentang
kejayaan ilmu dan pengetahuan Salomo, dan tentang kekuatan-kekuatan gaibnya tersebar
sangat banyak hingga saat ini.
Kekuasaan,
kekayaan, hikmat dan segala bentuk kejayaan itu semua dimilikinya karena Salomo
menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan
Daud, ayahnya (lihat 1 Raja 3:3).
From Hero to Zero
Kemampuan
Salomo dalam berdagang pun cukup besar. Ia tahu benar betapa pentingnya
kedudukan Israel sebagai jembatan yang menghubungkan Mesir dengan Asia.
Oleh
karena itu, ia memanfaatkan kedudukannya itu dengan menguasai jalur perdagangan
utama dari Utara ke Selatan. Perjanjian-perjanjian yang mengikat antara dia
dengan Hiram, Raja Tirus, menyediakan armada yang memungkinkannya memonopoli
jalur pelayaran laut.
Selama
masa pemerintahannya, Salomo tidak memiliki gerakan militer yang menonjol. Ia
lebih fokus pada upaya mempertahankan wilayah kekuasaan kerajaan Israel yang
luas itu selagi tidak ada kekuatan tandingan setelah melemahnya dominasi
Kerajaan Mesir dan Asyur.
Kebijaksanaan
utama politik luar negeri Salomo adalah menjalin persahabatan dan persekutuan dengan
kerajaan-kerajaan di sekelilingnya yang kerap kali diteguhkan melalui pernikahan
antara putri raja kerajaan sahabat dengan Salomo.
Karena
itulah, Kitab 1 Raja-Raja 11 : 3 menyebutkan Salomo memiliki 700 orang istri
dan 300 orang gundik. Mereka berasal dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Tuhan seperti dari Mesir, Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het.
Di
masa mudanya, Salomo memang begitu berapi-api dalam mengiring Tuhan. Namun lama
kelamaan hati dan jiwanya pun mulai terseret bahkan terjerumus ke dalam lembah
kekelaman.
Pengaruh
istri-istrinya itu membuat Salomo akhirnya meninggalkan Tuhan dan mengikuti
Asytoret, dewi orang Sidon dan Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon.
Ia
juga mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan yang dipuja orang
Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sesembahan
bani Amon.
Alkitab
menggambarkan, Salomo memang tidak sepenuhnya berpaling dari Tuhan. Buktinya
tulisan-tulisannya dalam Kitab Pengkhotbah yang diyakini dihasilkan di masa
tuanya banyak menuliskan tentang penyesalan akan kesalahannya.
Namun
disisi lain ia juga tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan. Dengan kata
lain, ia tidak dingin, juga tidak panas alias suam-suam kuku. Ia memilih untuk lebih
mendahulukan keinginan daging dan kemauannya sendiri daripada mengikuti Tuhan
dan perintah Tuhan.
Dan
Tuhan sangat membenci iman yang suam-suam kuku sebagaimana tersurat dalam Kitab
Wahyu 3 : 16, “Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas,
Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.”
Atas
pelanggarannya tersebut, Tuhan berusaha mengingatkannya seperti yang tertulis
dalam Kitab 1 Raja-Raja 11 : 11 - 13. Parahnya, Salomo justru merespon
peringatan itu dengan berusaha keras melawan Firman Tuhan Allah mengenai
kehancuran kerajaan-Nya (1 Raja-raja 11:40).
**************************
Kisah
Raja Salomo ini memberikan pengajaran pada kita tentang pentingnya menjaga iman
dan kasih kita pada Tuhan agar jangan sampai terperangkap dalam jerat Iblis.
Itulah
mengapa 2 Korintus 13:5 menasihati kita “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu
tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan
dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian,
kamu tidak tahan uji.”
Keberadaan
iman dalam diri kita harus diperjuangkan (baca Yudas 1 : 3). Dan kita harus
berpegang teguh pada Iman yang mula-mula dalam kristus Yesus itu hingga pada
akhirnya (Baca Ibrani 3:14)
Raja
Salomo adalah seseorang yang punya segalanya selama ia hidup di dunia. Berbeda
dengan perjalanan hidup hamba-hamba Tuhan di masa-masa awal tumbuhnya
kekristenan yang penuh dengan penderitaan bahkan hingga mati dalam kehinaan.
Namun
sebagaimana ditulis oleh Rasul Paulus dalam Surat 2 Timotius 4:7, “Aku telah
mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman.”
Hari ini, kita sudah berada di track yang benar,
mari kita perjuangkan terus iman kita dengan sekuat tenaga hingga di garis
akhir dengan kondisi yang benar dan berkenan di mata Tuhan. *Mas Pram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar