Oleh
: L.E. Pramono*
Ada
hal yang cukup membingungkan saat membaca perumpaan tentang bendahara yang
tidak jujur sebagaimana tersurat dalam Injil Lukas 16 : 1 – 9. Sekilas muncul
kesan bahwa Tuhan Yesus seakan-akan membenarkan aksi sang bendahara itu.
Bahkan
di ayat 9 Tuhan Yesus berkata, “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan
dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat
menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."
Apakah
ini berarti Tuhan menganjurkan pada umatNya untuk menggunakan harta benda yang
tidak jujur untuk meraih surga?, tentu saja tidak. Lalu sebenarnya apa yang
Tuhan maksudkan dalam perumpamaan ini?
Di
batasan waktu yang sempit, iapun berusaha menggunakan akalnya untuk menyelamatkan
hidupnya di masa depan. Ia mulai menghitung-hitung peluang yang bisa
diterobosnya. Di ayat 3 ia berkata dalam hatinya, “....Mencangkul aku tidak
dapat, mengemis aku malu.”
Lalu
timbullah akalnya. Ia memanggil semua orang yang berhutang pada tuannya dan
meminta mereka membuat surat hutang baru yang nilainya lebih kecil dari surat
pernyataan hutang sebelumnya.
Semua
itu ia lakukan untuk menimbulkan simpati dari para kreditur dengan harapan
mereka akan membalas hutang budi itu saat sang bendahara benar-benar kehilangan
pekerjaannya.
Meski
begitu apa yang ia lakukan tersebut sebenarnya tidak menimbulkan kerugian bagi
tuannya. Pasalnya nilai yang dihapusnya dari surat perjanjian hutang tersebut
sebenarnya adalah bunga dari hutang yang sebenarnya tidak diperkenankan menurut
hukum taurat.
Dalam
Kitab Keluaran 22 : 25 Tuhan melarang umat Israel berlaku riba, atau mengenakan
bunga atas pinjaman. "Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang
dari umat¬Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku
sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang
kepadanya" (baca juga Imamat 25:36; Ulangan 15:8; 23:19).
Untuk
menyiasati aturan tersebut umat Israel menerapkan sistem perjanjian bipartit
antara pemilik uang atau barang dengan kreditur. Dimana besaran bunga langsung
dimasukkan ke dalam hutang.
Kemudian
pihak kreditur membuat surat pernyataan hutang yang memuat nilai terhutang yang
sudah termasuk bunganya itu. Dan aktifitas ini dilakukan oleh bendahara.
Dalam
kasus ini, sang bendahara mengambil langkah cerdik dengan mengacu pada firman
Tuhan. Inilah yang kemudian membuat tuannya memuji manuver yang dilakukan sang
bendahara.
Hal
itu dilakukan lantaran para kreditur menganggap sang pemilik barang itu sebagai
orang yang baik budi dan saleh karena berlaku sesuai dengan Taurat Tuhan dalam
hal hutang piutang.
Disini
Tuhan mengajarkan, bahwa sesulit apapun masalah yang kita hadapi maka langkah
yang terbaik adalah kembali pada firman Tuhan. Karena hanya sabdaNya itulah
yang mampu membawa kita keluar dari berbagai persoalan.
Lihat
saja pernyataan di ayat 8, “....Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap
sesamanya dari pada anak-anak terang.” Makna bebasnya adalah orang berdosa
seperti bendahara yang tidak jujur itu saja tahu cara yang benar, masa
anak-anak Tuhan justru tak tahu bahwa Alkitab adalah sumber terbaik untuk
menyelesaikan masalah.
Hal
itu Tuhan katakan untuk murid-muridNya sekaligus orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat yang ikut mendengarkan pengajaranNya. Hal ini bisa dilihat mulai dari
Lukas 14.
Saat
itu Tuhan melakukan banyak hal di depan penantang-penentangnya. Mulai dari
menyembuhkan orang yang sakit busung air dan mengajarkan banyak hal termasuk memberikan
perumpaan tentang domba, dirham dan juga anak yang hilang (Pasal 15).
Sampai
pada batasan ini, ada beberapa hal yang bisa ditangkap dari perumpamaan ini.
Yang pertama adalah jangan pernah berputus asa saat menghadapi persoalan dalam
kehidupan. Jangan pernah merasa dunia sudah berakhir saat badai masalah datang
melanda. Pasti ada jalan keluar asalkan kita punya kemauan.
Pelajaran
yang kedua adalah langkah yang benar untuk keluar dari masalah adalah kembali
pada pengajaran Tuhan dan yang terpenting adalah melakukan segala yang
difirmankan Tuhan.
Yang
terakhir, kenapa Tuhan meminta kita untuk mengikat persahabatan dengan
menggunakan mamon yang tidak jujur. Istilah ‘mamon yang tidak jujur’ itu
dipakai karena konteks pembicaraan Tuhan saat itu adalah bendahara yang awalnya
bertindak tidak jujur.
Jadi
subyeknya adalah mamon yang arti harafiahnya adalah uang atau harta benda dan
kita tahu bahwa benda tidak memiliki sifat. Penggunaan kata ‘yang tidak jujur’
dalam kalimat itu hanyalah sampiran yang disesuaikan dengan konteks
pembicaraannya.
Sehingga
maknanya adalah Tuhan meminta kita menggunakan harta benda kita sebagai sarana
untuk membangun persahabatan dengan sesama manusia dengan tujuan memuliakan
nama Bapa di surga.
Misalnya
dengan mendukung program-program pembangunan gereja ataupun aksi-aksi sosial
yang dilaksanakan gereja untuk menyatakan kasih kemurahan Tuhan pada
orang-orang yang belum mengenalnya.
Dan
kelak, saat kita harus kembali kepadaNya dan tak bisa lagi memanfaatkan harta
benda duniawi yang kita miliki sebelumnya, Tuhan akan menerima kita di rumahNya
karena kecerdikan dan ketulusan kita dalam mengelola harta benda yang
dititipkan Tuhan pada kita.
Tuhan
Memberkati.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar