Mengapakah
engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu
sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada
saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu,
padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat?
Hai
orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat
dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Lukas
6 : 41-42)
Sepasang
suami istri, baru saja pindah rumah ke sebuah pemukiman. Mereka menempati
sebuah rumah yang bersebelahan dengan rumah keluarga yang terlihat sangat
sederhana.
Pada
pagi hari, ketika suami istri tersebut sedang sarapan, si istri melihat
tetangga sebelahnya menjemur pakaian, dan dia berkata pada suaminya,”Pak, lihat
tetangga kita itu. Pakaian yang dia jemur masih kelihatan sangat kotor, mungkin
dia perlu belajar mencuci”.
Suaminya
hanya diam dan tetap menyantap sarapannya pagi itu.
Begitulah,
setiap pagi, ketika waktu sarapan tiba, si istri selalu berkata hal yang sama
pada suaminya. Tapi, suaminya diam, hanya sesekali tersenyum melihat dan
mendengar polah sang istri.
Sampai
pada suatu pagi ketika hari libur tiba, seperti biasanya sepasang suami istri
tersebut sarapan. Tapi aneh kali ini, si istri berkata pada suaminya,” Pak,
lihat tetangga kita. Cuciannya bersih sekali, barangkali dia sudah belajar cara
mencuci yang benar. Siapa ya yang kira-kira sudah mengajarinya?”.
Lalu
suaminya tersenyum dan berkata,” Tadi pagi, bapak bangun agak pagi untuk
membersihkan kaca jendela rumah kita. Bukan pakaian2 tetangga yang terlihat
kotor di jemuran, tetapi kaca rumah kita yang terlalu kotor, bu”.
Si
istri hanya menunduk dan merasa malu pada suaminya. Lalu sejak saat itu, dia
tidak lagi berbicara tentang jemuran tetangganya yang kotor, melainkan dia
lebih rajin membersihkan kaca-kaca di rumahnya. Dan tak terlihat lagi jemuran
tetangga yang kotor, dan sejak itu juga semua terlihat sangat bersih.
Mungkin
kita juga seperti si istri tersebut, menilai pakaian tetangga kotor, padahal
kaca rumah kita yang lama tak dibersihkan. Seperti hati kita, mungkin alangkah
baiknya dibersihkan dulu, jangan sampai menilai keburukan orang, sedang
kenyataan mengatakan bahwa kita lebih buruk dari orang lain.*
Sumber
: lifeblogid.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar