Oleh : Luddy Eko Pramono
Pembaptisan
memang bukan murni milik umat Kristiani. Tradisi ini sudah lebih dulu dilakukan
oleh kaum Yahudi di masa lampau, mereka menyebutnya dengan istilah tevilah.
Kata ini berasal dari kata kerja bahasa
Ibrani ‘taval’ yang artinya diselam atau dicelupkan. Kata ini bermakna sama
dengan kata baptizo yang diserap dari bahasa Yunani (Mat 3:6).
Istilah taval ini muncul pada waktu Naaman
menyelamkan dirinya sendiri di sungai Yordan atas perintah Nabi Elisa (2 Raj
5:14). Setelah itu jenderal kerajaan Aram tersebut sembuh dari penyakit kusta
yang ia derita. Dan sebagaimana tertulis di ayat ke 17, Naaman pun mengikrarkan
diri menjadi penyembah Allahnya orang Israel.
Dalam perkembangan berikutnya, baptisan
tersebut dianggap telah menjadi sekedar sebuah upacara agama atau seremonial religis
yang kehilangan makna atau esensinya. Jangankan bagi orang yang berasal dari
kalangan proselit, bahkan orang-orang Israel sendiri yang dianggap umat pilihan
Allah.
Hal ini tercermin dari ucapan Yohanes
Pembaptis berkata kepada orang-orang Farisi dan Saduki yang datang untuk
dibaptis: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada
kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi
hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan” (Mat 3:7-8).
Aksi Yohanes Pembaptis merupakan gerakan
puritan yang ingin menegakkan kembali makna dasar baptisan sebagai bentuk
komitmen untuk meninggalkan cara hidup lama yang penuh dengan dosa, kemudian
melakukan gaya hidup baru yang sesuai dengan ajaran Tuhan.
Baptisan Yohanes merupakan penegasan bahwa
mereka yang memberi diri dibaptis harus memiliki buah-buah pertobatan yang
benar. Contoh sederhana yang diberikan Yohanes Pembaptis pada para pemungut
cukai yang bertobat adalah “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah
ditentukan bagimu”.
Sedangkan kepada para prajurit Romawi yang
bertobat, Yohanes Pembaptis menasehatkan, “Jangan merampas dan jangan memeras
dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” (Luk 3:12-14).
Ini menunjukkan bahwa baptisan memang hanya
sebatas lambang, namun yang terpenting adalah adanya sikap dan perilaku nyata
dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari pertobatan yang telah
diikrarkan tersebut.
Yohanes Pembaptis mulai mengarahkan bangsa
Israel pada kebenaran yang tulus dan murni. Mereka dituntut untuk
sungguh-sungguh menunjukkan buah pertobatannya. Setelah dibaptis mereka harus
bersedia hidup baru.
Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis disebut
sebagai utusan Allah yang ‘mempersiapkan jalan bagi Tuhan’. Sebelum Tuhan Yesus
mengajarkan kebenaran yang bersifat batiniah, Yohanes Pembaptis sudah
merintisnya atau mempersiapkan jalannya.
Baptisan Yesus
Alkitab
dengan tegas mengatakan Tuhan Yesus tidak membaptis sendiri umatNya sebagaimana
yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis. Murid-muridNyalah yang melakukan hal
tersebut (Yoh 4:2). Dan setelah kebangkitan, Tuhan menandaskan perintah
tersebut dalam Amanat AgungNya sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 28 : 19.
Mengenai hal itu Yohanes Pembaptis mengatakan,
“Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang
kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” (Matius
3 : 11).
Yesus membaptiskan setiap orang yang mengakui
ke-IlahianNya dengan Roh Kudus yang adalah bagian dari dirinya sendiri dan juga
bagian dari Allah Bapa sebagai pribadi yang tunggal.
Dan itu dilakukan cukup hanya dengan sabdaNya
saja tanpa memerlukan lambang dan tanda apapun. Hal itu bisa kita lihat dari
peristiwa pertobatan salah seorang penjahat yang ikut disalibkan bersamaNya.
Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan
aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23 : 42-43)
Juga kepada Zakheus si pemungut cukai yang
memanggilNya dengan sebutan Tuhan dan menyatakan komitmen imannya berupa
kesiapan untuk melakukan penyangkalan diri. ‘Kata Yesus kepadanya: "Hari
ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak
Abraham’ (Lukas 19 : 9).
Jadi kepada siapapun yang dengan
sungguh-sungguh mengimani Yesus adalah Tuhan sebagai bentuk pertobatannya, maka
ia akan dibenarkan dan diselamatkan karena rohnya setelah dibaptis sendiri oleh
Tuhan Yesus dengan Roh Kudus.Inilah baptisan yang sejati.
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu,
bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena
dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan
diselamatkan. (Roma 10 : 9-10)
Dan setelah itu barulah orang tersebut
menyatakan diri pada hamba Tuhan. Selanjutnya, selayaknya ia dibaptis menurut
tatacara gereja sebagai pernyataan pertobatannya sekaligus ditetapkan sebagai
anggota baru keluarga Allah agar ia bisa diajar tentang segala sesuatu yang
telah diperintahkan Tuhan sebagaimana tersurat dalam Kitab SuciNya.
Dengan adanya baptisan tersebut, hamba-hamba
Tuhan dan jemaatNya tidak akan ragu-ragu lagi dalam membimbing anggota keluarga
barunya tersebut untuk menjalani pertobatan yang murni dan hidup sesuai
tuntunan Roh Kudus yang telah dicurahkan kepada semua umatNya.
Tuhan Yesus juga akan membaptis seluruh
umatNya dengan api untuk menguji kemurnian dan daya tahan iman kita kepadaNya.
Tentang bagaimana kita bisa memperjuangkan iman kita dengan cara mematikan
semua keinginan duniawi.
Galatia 5 : 19 - 21a menyebutkan macam-macam
keinginan daging itu berupa, percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan
berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan
sebagainya.
Ia juga ingin melihat apakah hidup kita telah
benar-benar dipenuhi Roh Kudus sehingga kita bisa menghasilkan buah-buah roh
berupa, “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan
diri (Galatia 5 : 22 – 23a).
Yang perlu kita upayakan adalah taat, tekun
dan setia sampai akhir pada pimpinan Tuhan melalui Roh Kudus yang sudah
dicurahkan sejak pengakuan kita akan ke-IlahianNya.
Dan jika Tuhan berkenan, Ia akan memperlengkapi
kita secara khusus dengan karunia Roh. Diantaranya karunia untuk berkata-kata
dengan hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, iman, karunia untuk
menyembuhkan, kuasa untuk mengadakan mujizat dan karunia untuk bernubuat.
Tuhan juga akan memberikan karunia untuk
membedakan bermacam-macam roh, berkata-kata dengan bahasa roh serta karunia
untuk menafsirkan bahasa roh itu kepada tiap-tiap orang yang dikehendakiNya (2
Korintus 12 : 8 – 11).
Karunia-karunia tersebut diberikan untuk
kepentingan bersama sebagai alat bagi setiap orang percaya untuk menjadikan
semua bangsa muridNya dan nama Tuhan akan dimuliakan. Tuhan Memberkati.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar