Kamis, 26 Juli 2018

Koresh Agung, Penganut Zoroaster yang Dipakai Tuhan Untuk Selamatkan Israel






Ada satu orang tokoh dalam Alkitab yang menurut saya cukup istimewa. Namanya tertulis 20 kali di Kitab 2 Tawarikh, Ezra, Daniel dan juga Yesaya. Ia adalah Koresh. Sejarah dunia mengenalnya sebagai Cyrus yang agung.
Dalam Kitab Yesaya, Tuhan memilih Koresh sebagai gembala bagi umat Israel (Yes 44:28). Ia juga disebut sebagai orang yang diurapi Tuhan, yang tangan kanannya dipegang Tuhan. Bahkan Tuhan juga membuka pintu-pintu bagi Koresh agar ia bisa menundukkan banyak bangsa dan melucuti raja-raja (Yes 45:1).
Dalam ayat selanjutnya disebutkan bahwa Tuhan akan menggerakkan Koresh untuk melepaskan dan menyelamatkan umat Israel dari perbudakan bangsa Babel sekaligus membangun kembali rumah Tuhan di Yerusalem (Yes 45:13).
Pernyataan Tuhan tersebut dicatat Nabi Yesaya sekitar 150 tahun sebelum kelahiran Koresh. Ia adalah orang yang dinubuatkan untuk menjadi pembebas bagi umat pilihan-Nya.
Dan inilah keistimewaannya. Koresh bukan orang Yahudi seperti Musa yang pernah membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Ia adalah orang Persia yang justru dipakai Tuhan untuk melepaskan umat pilihan-Nya dari belenggu bangsa Babel.
Koresh (Persia kuno: Kurush, Modern Persia: Kurosh yang berarti matahari) adalah pendiri Kekaisaran Persia yang menjadi salah satu raja besar di abad ke 6 Sebelum Masehi (600 SM – 530 SM). Wilayah kekuasaannya hampir di seluruh daerah Timur Tengah lama yang membentang mulai India hingga Laut Tengah.
Sebagaimana orang-orang Persia (Iran) pada masa itu, Koresh pun menjadi penganut Zoroaster, sebuah agama monotheis yang menyembah Ahura Mazda atau ‘Tuhan yang bijaksana’. Sejarah menyebut Koresh sebagai jemaat yang saleh dan taat yang keimanannya menjelma dalam perilaku dan kebesarannya.
Buku Sejarah Dunia Kuno yang ditulis oleh Susan Wise Bauer menyebutkan Koresh agung adalah anak dari Cambyses, raja dari Kerajaan Persia, dengan Mandane, putri raja Astyages dari Kerajaan Midia. Ia lahir saat Nebukadnezar berkuasa di kerajaan Babilonia atau Babel.
Pada tahun 559 SM, raja Cambyses meninggal dan Koresh muda menjadi penguasa atas Persia. Saat itu ia melihat dan mendengar bahwa kakek dari pihak ibunya, adalah raja yang jahat. Karena itu, iapun memilih untuk memberontak melawan kesewenang-wenangan kerajaan Midia yang diperintah kakeknya.
Perlahan-lahan Koresh mulai meyakinkan suku bangsa lain untuk melawan Midia dengan slogan “Bebaskan dirimu dari perbudakan…setidaknya kamu sederajat dengan bangsa Midia dalam segalanya, termasuk peperangan!”
Peperangan besar antara kedua kerajaan itupun terjadi. Hasilnya Koresh menang dan Astyages menjadi tahanan. Astyages kemudian meninggal dalam tahanan yang nyaman menurut ukuran pada masa itu.
Koresh pun telah menjadi raja atas orang Midia dan Persia. Berikutnya, ia berusaha menaklukkan kerajaan Lydia, yang saat ini berada di wilayah Turki. Dalam peperangan itu, Lydia meminta bantuan dari sekutunya, kerajaan Babilonia.
Babilonia adalah kekuatan yang paling berkuasa saat itu. Kerajaan besar lainnya namun memiliki kekuasaan yang lebih kecil di wilayah Mesopotamia dan sekitarnya pada saat itu adalah Persia, Mesir, dan bangsa Scythia.
Pada tahun 540 SM Koresh melihat kesempatan untuk menyerang Babilonia mulai mengirimkan pasukan penyerang untuk mengadakan perang-perang kecil dengan orang Babilonia sepanjang perbatasan sebelah timur.
Berdasarkan catatan seorang penulis bernama Xenophon, kejatuhan Babel terjadi pada tahun 539 SM saat pasukan Persia berhasil menerobos benteng kota Babel melalui sungai Tigris yang telah dikeringkan.
Hal tersebut memungkinkan pasukan Persia untuk bergerak melalui lumpur di dasar sungai, di bawah tembok-tembok kota. Unit penyerang inti memanjat keluar dari dasar sungai di dalam kota pada malam hari. Gerbang-gerbang dibuka dari dalam dan orang-orang Persia masuk ke dalam Babel.
Menurut kitab Daniel, saat itu Belsyazar (raja muda yang memerintah Babel bersama Nabonidus) sedang berpesta di dalam istana dengan ratusan bangsawan dan sudah sama sekali tidak menyadari kedatangan pasukan Persia. Nabodinus ditangkap dan dijadikan tahanan sedang Belsyazar dibunuh.
Keberhasilannya mengalahkan Midia dan Babilonia menjadikan Koresh sebagai raja besar di wilayah itu. Karena seluruh negara taklukan Midia dan Babel otomatis masuk ke dalam wilayah kekuasaannya. Dan untuk menandai keberhasilannya itu Koresh membangun ibukota baru bernama Pasargadae di Iran saat ini.
Werner Keller dalam Bible as History, menulis bahwa Koresh "adalah raja tercerahkan.yang tak tertandingi, tangkas, dan brilian meningkatkan kekuasaan tanpa terkotori, tidak ada kekerasan. Kemampuannya dengan punuh bijak dan sangat manusiawi, membuatnya menjadi salah satu tokoh yang paling menarik dalam orientasi kuno.” Koresh telah menghapuskan fitur yang paling menjijikkan dari raja oriental sebelumnya, yakni kekejaman despotik.
Xenophon berkisah, untuk mengendalikan orang-orang jajahannya, Koresh mengombinasikan konsep pengekangan, keadilan, kepandaian, dan kebaikan jiwa. Sikap itulah yang menjadikannya mampu mendirikan sebuah kekaisaran yang cukup besar di peradaban purba.
Sedangkan Susan menilai semua keadilan dan kebajikan jiwa Koresh pada rakyat jajahannya mampu menciptakan kepatuhan dibanding konsep teror yang dilakukan oleh raja-raja lainnya.
Berbeda dengan orang-orang Assiria, dia tidak berusaha menghancurkan kesetiaan atau identitas bangsa (bangsa Assiria adalah bangsa yang menawan orang-orang Israel Utara dan menghancurkan identitas mereka). Sebaliknya Koresh melihat dirinya sebagai pendamping yang penuh kebajikan untuk identitas tersebut (Susan Wise Bauer).
Silinder Babilonia yang berisi dekrit Koresh untuk membebaskan orang-orang 
dari bangsa lain, termasuk umat Israel, yang dijadikan budak di kerajaan Babilonia

Ketika Koresh dipakai Tuhan, ia membuat satu dekrit agar umat Israel dilepaskan dari perbudakan dan diijinkan kembali ke Yerusalem untuk membangun bait Allah melalui perantaraan Ezra dan Nehemia (Ezra 1:4).
Dekrit ini secara nyata ditemukan pada tahun 1879 di dalam reruntuhan istana Babel di Irak dewasa ini. Sekarang ini ada di British Museum dan dikenal sebagai Cyrus Cylinder. Allah di dalam kedaulatan-Nya memelihara dekrit ini. Bukan hanya itu, kubur Koresh di Iran juga masih terjaga hingga saat ini, bahkan ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia.
Kata Koresh dalam Ezra maupun 2 Tawarikh demikian “Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Tuhan, Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!”.
Perkataan Koresh tersebut disebarkan secara lisan dan tulisan ke seluruh negeri Persia dan jajahannya. Dan ingat, bahwa Koresh dipatuhi rakyatnya dengan sukarela dan setiap kata-katanya didengar oleh rakyatnya.
Yesaya 45:5-6 terpenuhi melalui perkataan Koresh tersebut, bahwa “supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah Tuhan yang membuat semuanya ini”.
Makam Raja Koresh yang agung yang hingga kini masih bisa dikunjungi di Iran

Kisah Koresh hanyalah satu dari sekian banyak kisah sejarah di dalam misi penyataan Allah kepada dunia ini. Kejayaan Koresh adalah bukti betapa Allah hadir dalam dunia, walaupun Koresh tidak mengenal Allah tersebut (berulang kali ditegaskan dalam Yesaya 45:1-8 “sekalipun engkau tidak mengenal Aku”). *ditulis kembali oleh Luddy E. Pramono dari berbagai sumber

1 komentar:

  1. Terima kasih tulisannya sangat menginspirasi. Saya minta izin mengambilnya sebagai referensi tulisan saya pak.

    BalasHapus