Rabu, 14 Juni 2017

Mordekhai, Berpuasa dan Berdoa Demi Keselamatan Bangsanya


Kisah Para Penulis Alkitab

Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, adalah seorang Yahudi dari suku Benyamin.  Ia disebut-sebut sebagai pahlawan Yahudi di dalam kisah hidup Ester anak Abihail, ratu pilihan raja Ahasyweros dari kerajaan Persia (memerintah tahun 485-465 SM).
Sebagian sejarahwan Alkitab menyebutnya sebagai penulis Kitab Ester. Kitab ini merupakan bagian dari Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen yang termasuk golongan kitab-kitab Ketuvim.
Diperkirakan kitab yang berisi tentang riwayat orang Yahudi di abad ke-5 SM itu ditulis sekitar tahun 460 SM, tidak lama sesudah peristiwa-peristiwa ini terjadi.
Penjajahan terhadap bangsa Yahudi telah menimbulkan sebuah ‘perselisihan’ antara Mordekhai dan Haman bin Hamedata, orang Agag. Namun perselisihan ini terselesaikan dengan baik oleh Mordekhai dan anak asuhnya, Hadasa yang kemudian menjadi Ratu Esther.
Sinergi antara keduanya telah menghasilkan kemenangan dan memberi kehidupan bagi bangsa Yahudi pada waktu itu. Di akhir kitab Ester, dituliskan tentang Mordekhai yang menjadi orang kedua di bawah Raja Ahasyweros dan ia dihormati dan disukai banyak sanak saudaranya (ay. 3)
Seluruh kebahagiaan itu menjadi bagian kehidupan Mordekhai, karena dia telah:
(1)  Mengikhtiarkan yang baik bagi bangsanya.
Meskipun pada awalnya Mordekhai hanyalah seorang pengasuh dan ayah angkat dari ratu Ester, namun ia tidak akan tinggal diam saat mendengar rencana busuk yang direncanakan Haman dan teman-temannya.
Mordekhai mulai mengajak ratu Esther dan bangsa Yahudi untuk berpuasa dan berdoa untuk sesuatu yang baik bagi bangsa-nya yang sedang terancam.
(2)  Demi keselamatan orang sebangsanya, Mordekhai rela mengambil resiko yang akan dihadapinya, yaitu ancaman terhadap keselamatan jiwanya. Hukuman mati sebenarnya telah menanti Mordekhai pada waktu ia berbicara tentang keselamatan bangsanya. Namun, Mordekhai tidak berhenti, tetapi terus berbicara sampai kebenaran itu didengar oleh Raja Ahasyweros.

Hari ini, dalam setiap kondisi apa pun dalam seluruh aspek kehidupan kita, apa kita telah mencoba membangun sikap seperti Mordekhai sebagaimana telah diuraikan diatas.
Kiranya sikap Mordekhai ini boleh menjadi bagian dalam kehidupan kita, khususnya di tengah zaman yang penuh persaingan dan perselisihan yang banyak ditemui di mana saja.*

Dikutip dari : Warta Jemaat Gereja Bethany Indonesia, House of Glory Sidoarjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar