KAMU pasti sudah pernah
mendengar istilah 3R diatas yang sering didengungkan oleh banyak pencinta
lingkungan. 3R itu adalah Reduce, Reuse and Recycle.
“Reuse” adalah memanfaatkan kembali limbah
sampah yang sebenarnya masih dapat dipergunakan, misalnya untuk membuat
kerajinan dan barang-barang lainnya.
“Reduce” yaitu mengurangi debit sampah yang
dibuang, dimulai dari unsur terkecil yaitu diri sendiri untuk menghindari
sebisa mungkin menggunakan barang yang dapat menimbulkan sampah. Misalnya
memilih menggunakan gelas untuk minum daripada air minum dalam kemasan.
Reduce juga berarti mengurangi belanja
barang-barang yang anda tidak ‘terlalu’ dibutuhkan seperti baju baru, aksesoris
tambahan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan.
Kurangi juga penggunaan kertas tissue dan
ganti dengan sapu tangan, kurangi penggunaan tas plastik dan kertas di
kantor dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca koran
online dan lainnya.
Kemudian, lanjut dia, “recycle” adalah
mengolah sampah yang sudah tidak dapat digunakan menjadi sesuatu yang
bermanfaat, misalnya mengolah sampah menjadi kompos.
Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2
yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik
(sampah kering). Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan
penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari
kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam
proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik,
misalnya sampah dari dapur, sayuran, kulit buah, dan daun. Sampah jenis ini
dapat terdegradasi (membusuk/ hancur) secara alami.
Sedangkan sampah anorganik berasal dari
sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses
industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan
aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh
alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup
lama.
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga,
misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas,
koran, dan karton merupakan pengecualian.
Berdasarkan
asalnya, kertas koran, dan karton termasuk sampah organik.
Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat
didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan
plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.
Sampah yang dibuang harus dipilah-pilah,
sehingga dapat dikomposkan dan di daur ulang secara optimal. Tidak seperti
kebanyakan saat ini yang mencampurkan semua jenis sampah menjadi satu.
Pembuangan sampah yang tercampur dapat
merusak bahan-bahan sampah yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.
Bahan-bahan organik dapat mencemari bahan-bahan anorganik yang dapat di daur
ulang. Tapi semua itu akan percuma kalau di tempat pembuangan akhir semua
sampah itu tetap menjadi satu.
Mudah Kok Bikin Kompos
Nah,
sampah-sampah anorganik tadi bisa kalian manfaatkan kembali menjadi barang yang
berguna. Misalnya men-jadikan bekas botol plastik air minum men-jadi pot
tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali.
Sedangkan sampah-sampah organik seperti sisa
makanan, potongan sayur, isi perut ikan dan lain sebagainya bisa kita olah
kembali menjadi kompos. Berikut adalah langkah sederhana membuat kompos yang
sangat tidak memerlukan daya yang besar. Sungguh!
1.
Siapkan Reaktor Kompos (Komposter). Reaktor ini adalah wadah yang terbuat dari
PVC atau drum berukuran kira-kira 1 meter kubik. Hal yang paling penting untuk
diperhatikan adalah, reaktor ini harus memiliki sistem ventilasi yang bagus.
2.
Reaksi pengkomposan adalah memang jenis reaksi yang memerlukan udara. Jika
reaktor ini tidak memiliki sistem ventilasi yang baik, proses pembusukan yang
terjadi juga akan menghasilkan bau busuk akibat dari pembentukan amoniak dan
H2S.
3.
Siapkan bahan (atau sampah) organik yang akan dikomposkan. Sampah organik yang
disiapkan bisa berasal apa saja, misalnya dari sisa sayuran, nasi, atau
potongan-potongan tanaman dari kebun. Agar kompos tidak berbau, hindari
memasukkan daging, tulang dan minyak.
4.
Sebelum dimasukkan ke dalam reaktor kompos, bahan-bahan tadi sebaiknya dipotong
kecil-kecil agar proses dekomposisinya menjadi lebih cepat dan lebih sempurna.
5.
Proses pembusukan atau dekomposisi memerlukan bakteri pengurai. Jadi, alangkah
baiknya jika bahan-bahan tadi dicampur terlebih dahulu dengan sumber bakteri
pengurai sebelum dimasukkan ke dalam reaktor kompos.
6.
Sumber bakteri pengurai yang paling mudah didapat adalah pupuk kandang (kotoran
ternak). Bakteri pengurai yang dapat digunakan untuk membantu proses
pengomposan juga dijual di toko-toko penjual pupuk. Salah satunya adalah EM4
(Effective Microorganism 4) yang biasanya dijual seharga Rp 15 ribu sebotol
berukuran 1 liter.
7.
Agar proses pengomposan berjalan dengan sempurna, media harus mengandung
kira-kira 50% air. Jadi jangan lupa untuk selalu menyiram media kompos ini
setiap hari dengan air secukupnya. Bila perlu, bolak-balik media kompos setiap
hari agar proses aerasi berjalan sempurna.
8.
Selama proses pengomposan, sering kali lalat menjadi masalah yang
menjengkelkan. Oleh sebab itu, usahakan agar setiap lubang di reaktor kompos
itutup dengan kawat kasa. Bila bau tak sedap keluar, tambahkan air dan EM4, dan
bau segera menghilang.
9.
Jika proses ini berjalan dengan baik, setelah 5 hari volume sampah yang
dimasukkan akan menyusut kira-kira menjadi hanya 25% dari volume awalnya. Jadi
untuk skala rumah tangga, reaktor kompos berukuran 1 m-kubik sudah lebih dari
cukup.
10.
Kompos siap dipanen setelah diproses kira-kira 2-3 minggu, bergantung pada
tahap pemrosesnya. Kompos yang diperoleh adalah lumpur hitam yang mengandung
air kira-kira 50%. Sehingga, untuk mendapatkan kompos kering, lumpur tadi harus
dijemur. Mudah, kan? Sederhana dan jauh lebih sehat.
(Luddy Eko Pramono,
Buku Cintai Tanahmu : Kasihi Airmu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar