Testimoni Mantan
Pecandu Narkoba Dan Pengidap HIV
Meski
dibesarkan dalam keluarga yang taat beribadah, namun Reynoldi justru terjerumus
dalam jerat narkoba. “Bapak saya anggota TNI, sedang ibu adalah penginjil dan
pendoa,” katanya dihadapan para peserta Pelatihan untuk Pelatih Penyuluh
HIV/AIDS dan Adiksi di Gereja Bethany House of Glory Sidoarjo, beberapa waktu
lalu.
Padahal awalnya, Noldy, begitu ia
biasa dipanggil, adalah seorang yang tekun ke gereja, berdoa dan membaca firman
Tuhan. “Sampai beberapa saat setelah ibu meninggal, saya masih rutin membaca
Alkitab,” imbuhnya.
Namun akhirnya ia tak bisa
mengalahkan godaan si iblis berupa narkoba. “Waktu itu kakak saya juga sudah
pake (narkoba-red). Hingga akhirnya ia menjadi pemakai obat-obatan terlarang
jenis heroin.
Kebiasaan barunya itu membuat
terjerat. Setiap hari minimal ia harus menyuntik empat kali. Padahal heroin itu
harus dibelinya dengan harga Rp. 300 ribu untuk sekali suntik, sementara ia
mengaku tak memiliki pekerjaan tetap.
Akibatnya, ia pun menjual
barang-barang yang ada di rumahnya. “Yang di rumah habis, saya ngambil barang
milik tetangga dan perbuatan kriminal lainnya. Pernah beberapa kali ketangkap
polisi dan dipenjara,” akunya.
Suatu saat. Noldy pun masuk ke panti
rehabilitasi. Alih-alih sembuh dari ketergantungannya itu, ia justru divonis
terpapar HIV akibat penggunaan jarus suntik heroin yang tidak steril lantaran
dipakai bergantian dengan rekan-rekannya.
“Hancur rasanya hidup saya. Waktu
itu hanya ingin mati. Tapi banyak teman yang kemudian mendorong saya untuk
bertobat dan menjalani pengobatan. Bahkan mereka juga mengajak saya aktif dalam
komunitas anti HIV/AIDS dan narkoba,” jelasnya.
Kini, Noldy telah benar-benar lahir
baru. Selain menjadi aktivis di Badan Narkotika Nasional (BNN) Bali dan Yayasan
Gerasa yang bergerak di bidang HIV/AIDS, ia juga menjadi penulis lepas di
beberapa media massa di Bali.
Di usianya yang telah menginjak 30
tahun itu, ia hidup berbahagia dengan istri dan seorang putranya. “Istri dan
anak saya negatif. Ia sama sekali tidak mengidap HIV. Dan sejak awal menikah
dulu, istri saya sudah tahu jika saya Odha. Tapi ia tetap mau menerima saya apa
adanya,” ucapnya bangga.
Dijelaskannya, ada pola khusus yang bisa
dilakukan untuk tetap bisa punya anak tanpa menginfeksi mereka. Namun itu harus
melalui konsultasi dan pengawasan ketat dari tim dokter selama masa pembuahan,
kehamilan, kelahiran hingga masa perawatan anak di masa awal.
“Puji Tuhan. Bagi
saya ini adalah mujizat yang sangat luar biasa. Tuhan sangat baik pada saya
meski saya begitu berdosa,” pungkas Noldy.*lud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar