Doa adalah bentuk
komunikasi manusia dengan Khaliknya. Dalam doa, kita bisa menjalin hubungan
yang akrab dengan Tuhan, sama halnya membangun kedekatan dengan sesama manusia.
Karena itu doa harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan harus pula
diajarkan pada anak-anak.
Sejak
dini setiap anak harus diajar untuk mengenal dan dekat dengan Tuhan, karena
itulah yang Tuhan harapkan dari umat-Nya. Bahkan sejak ia bayi, kala ia hanya
bisa mengamati saja perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya.
Hal pertama yang bisa diajarkan adalah
kebiasaan dan sikap doa. Artinya orang tua haruslah lebih dulu membangun
saat-saat doa secara kontinyu dan konsisten. Misalnya saat makan, saat akan
berangkat kerja, saat akan tidur dan setelah bangun tidur. Biarlah si kecil
melihat saja dulu. Jika itu dilakukan terus menerus maka otaknya akan menyimpan
apa yang ia lihat tersebut dalam memorinya.
Dan saat usianya makin bertambah, mulailah
mengajak anak ikut berdoa. Mungkin ia tetap akan diam saja, bahkan sambil
membuka matanya untuk mengawasi papa dan mamanya berdoa. Saat itu
perlahan-lahan ajarkan sikap doa padanya. Cara melipat jari-jari tangannya lalu
belajar memejamkan matanya saat ia mendengar doa.
Ketika ia sudah mulai fasih bicara, ini
adalah titik awal untuk mengajarinya doa-doa pendek. Misalnya “Terima kasih
atas makanan ini. Dalam Nama Tuhan Yesus, Amin.” Ajarkan juga doa pendek untuk
dihafalnya kala ia bangun tidur dan akan tidur dan sebagainya.
Nanti, saat perbendaharaan kata-katanya
semakin banyak, maka sudah pasti doanya akan semakin panjang. Untuk itu ajarkan
ia untuk bercerita tentang apa yang ia lakukan atau yang ia alami sepanjang hari
itu pada Tuhan dalam doanya.
Memang tak mudah mengajari anak berdoa, namun
justru itulah tantangannya. Pengajaran itu harus dilakukan berulang-ulang,
bahkan anak yang sudah berusia diatas lima tahun sudah bisa diberi pengertian
tentang pentingnya arti doa baginya. Tentu saja menerangkannya harus
menggunakan kata-kata sederhana yang bisa mereka mengerti.
Pengenalan doa ini sangat baik untuk
menumbuhkan rutinitas. Inilah yang penting. Anak terbiasa berdoa sebelum
melakukan sesuatu. Kebiasaan itu akan terus tumbuh hingga anak dewasa kelak.
Dan jika si anak sudah terbiasa curhat pada
Tuhan, ajarlah mereka untuk mendoakan orang-orang disekitarnya. Mendoakan papa,
mendoakan mama, mendoakan om dan tante, kakak dan adik juga kakek dan
nenek.Pengajaran ini akan menumbuhkan sikap empati anak pada orang lain. Ini akan
melatih kepekaan sosialnya.
Dengan berdoa, orangtua secara tak langsung
mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Saat meminta sesuatu mereka harus lebih dulu tunduk,
sungguh-sungguh dan berupaya serta sabar menanti. Ini merupakan modal dasar
saat anak harus mempelajari berbagai etika lainnya.
Doa juga akan mengajar anak untuk
menghargai miliknya. Misalnya dengan berdoa sebelum makan, ia akan menilai
makanan itu sebagai pemberian Tuhan yang harus disyukuri, tak boleh dibuang dan
disia-siakan.
Yang terpenting dilakukan orang tua
adalah jangan segan-segan memuji anak jika ia sudah berdoa. Dengan menghargai
doa yang dibuat anak, orangtua turut meningkatkan kepercayaan dirinya,
sekaligus memberikan suntikan motivasi kepada anak untuk lebih giat berdoa.
Dengan menanamkan kebiasaan berdoa, orangtua
mengajarkan, anak tidak hanya penting bagi orangtua saja, tapi juga buat Tuhan.
Kelak, anak akan merasa bernilai di sisi-Nya. Ia tahu Tuhan akan menjaganya.
Nantinya saat beranjak dewasa, bukan tak mungkin anak akan menemukan kedamaian
dengan berdoa, utamanya saat dilanda berbagai persoalan dan problema hidup.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar