Oleh
: Jaludieko P.
Komunikasi
merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
manusia. Aktivitas ini diperlukan untuk membina hubungan dengan pihak lain,
saling bertukar informasi dan menjadi sarana yang terbaik untuk saling mengenal
satu sama lain.
Pola komunikasi yang disebut
interpersonal ini sangatlah efektif karena mampu menimbulkan hubungan yang
bersifat pribadi. Dalam komunikasi ini juga melibatkan emosi dan perasaan.
Dan ciri komunikasi interpersonal
lainnya adalah melatih kedua pihak menjadi pribadi yang peka, peduli dan empati
pada pasangan komunikasi, sehingga dari berorientasi pada diri sendiri (self
oriented) menjadi berorientasi kepada pihak lain.
Jenis komunikasi ini biasanya
dilakukan antar teman, saudara, orang tua dan anak, suami-istri dan sebagainya.
Komunikasi yang berlangsung intens maka akan menimbulkan saling pengertian
diantara mereka sehingga seringkali pesan yang disampaikan melalui isyarat atau
gesture saja bisa saling dimengerti tanpa perlu diucapkan dengan kata-kata.
Tak berbeda dengan hubungan antara manusia,
komunikasi yang efektif ini juga harus kita lakukan dengan Tuhan. Tanpa adanya
komunikasi yang disebut doa ini maka tidak akan ada kedekatan antara kita
dengan Sang Pencipta. Dan semakin sering kita berdoa, maka akan semakin
akrablah kita dengan-Nya.
Tuhan dalam Injil Lukas 18 : 1 meminta kita
untuk selalu berdoa padanya tanpa jemu, dengan rasa syukur (Filipi 4:6), dalam
iman (Yakobus 1:5), dalam kehendak Allah (Matius 6:10), bagi kemuliaan Allah
(Yohanes 14:13-14), dan dari hati yang benar dengan Allah (Yakobus 5:16).
Tuhan rindu kita untuk selalu mendekat
pada-Nya, membina hubungan baik dengan-Nya. Allah ingin kita selalu mencari
Dia, Ia juga ingin agar kita sungguh-sungguh setia kepada Dia.
Doa itu membangun dan memelihara hidup Allah
di dalam kita. Yesus, Tuhan kita memelihara hidup Allah di dalam diri-Nya
dengan doa; Dia senantiasa berhubungan dengan Bapa-Nya.
Tuhan Yesus selalu berdoa dalam segala hal. Saat
dia akan membuat mujizat Ia berdoa terlebih dahulu. Bahkan saat Ia akan
disalibkan, Ia meluangkan waktunya untuk berdoa kepada Bapa-Nya meminta
kekuatan agar Ia dikuatkan untuk menjalani misi yang diberikan kepada-Nya,
begitu jugalah yang harus selalu kita lakukan.
Melalui doa yang terus menerus itu, kita akan
semakin mengenal Tuhan. Dan yang lebih penting lagi adalah Tuhan mengenal kita
sebagai umatnya yang tekun dan setia pada-Nya.
Dan ketika hubungan itu semakin dekat, erat
dan rapat maka antara kita dan Tuhan akan tumbuh rasa kasih, seperti sahabat,
seperti seorang anak pada bapanya bahkan bak sepasang kekasih.
Tak ada lagi rasa canggung untuk
mengungkapkan apa yang ada di dalam hati kita. Kita bisa curhat tentang segala
sesuatu yang kita alami atau bahkan kita butuhkan dalam hidup kita.
Coba bayangkan, betapa leganya saat kita bisa
meluapkan perasaan hati pada seorang teman, orang tua atau pasangan hidup.
Plong rasanya, serasa lepas semua beban yang menghimpit dada.
Tapi berbicara dengan manusia menyimpan
resiko. Ungkapan isi hati yang sebenarnya hanya diungkapkan secara rahasia pada
seseorang itu saja sangat mungkin akan bocor ke telinga orang lain. Bahkan bisa
jadi kisahnya akan bertambah atau berkurang sehingga menimbulkan
kesalahpahaman. Tentu kita pasti akan kesal dan marah ketika rahasia itu
melebar.
Tapi hal itu tak akan terjadi jika curahan
hati itu kita ungkapkan pada Tuhan. Selain dijamin akan tersimpan aman, Tuhan
juga pasti akan memberikan jalan keluar terhadap segala persoalan yang kita
hadapi.
Seperti dikatakannya dalam Matius 11 : 28, Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. Sedangkan pemazmur mengatakan, ‘Maka berseru-serulah mereka kepada
Tuhan dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nyalah mereka dari kecemasan
mereka.’ (Mazmur 107:13)
Doa Itu Bukan Ban
Serep
Ada
seorang teman yang dengan bercanda mengatalan padaku, “Nggak perlu terlalu
sering berdoa, toh Ia sudah tahu apa yang kita inginkan.” Saya mengerti, ia
mencoba menyitir ayat dalam Matius 6 : 8.
Tapi ada sebuah kesalahan pengertian
terkait hal itu. Semestinya doa bukanlah cara untuk mendapatkan segala sesuatu dari
Allah, tetapi bertujuan untuk dapat lebih mengenal Allah.
Umumnya, sebagian orang melihat doa sebagai
suatu kiat untuk mendapatkan segala sesuatu bagi diri kita. Doa adalah suatu
interupsi di tengah ambisi pribadi, dan tidak ada seorangpun yang sibuk dengan
pekerjaannya, memiliki waktu untuk berdoa.
Saat seseorang berada dalam kesesakan akalnya
hilang bak diterbangkan angin, dan ia akan bertindak berdasarkan bagian yang
tersembunyi di dalam diri, yakni berdoa karena sudah tak ada lagi yang bisa
dilakukan.
Memang tak salah melakukan hal itu. Berdoa
saat kita kehabisan akal itu bukanlah tindakan pengecut; inilah satu-satunya
cara untuk dapat mengerti kenyataan yang ada.
Selama kita merasa cukup dan puas, maka kita
tidak perlu lagi meminta apapun dari Tuhan; kita tidak menginginkan-Nya. Hanya
jika kita sadar akan kelemahan kita sajalah, maka kita siap mendengar suara
Yesus Kristus dan siap melakukan apa yang dikatakan-Nya.
Namun yang seperti ini sama halnya
dengan menempatkan Tuhan sebagai ban serep. Ia diperlukan sewaktu-waktu kala
sudah tak ada cara lain untuk menyelesaikan masalahnya.
Doa bukan alat untuk memaksa Tuhan agar
mengabulkan permintaan pendoa. Berdoa adalah mencari kehendak-Nya agar kita
dapat berjalan dalam rancangan kehendak-Nya. Mestinya doa harus menjadi gaya
hidup kita. Menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari agar kita
semakin akrab dengan-Nya. Dua alasan itulah yang saya temukan dalam Matius 6 : 5-13.
Doa itu bukan sekedar kata-kata. Bukan
pengulangan kalimat-kalimat seperti mantera. Allah mencari hubungan hati yang
dekat. Doa akan membawa kita mengenal Allah dan memberi jalan agar Allah dapat
menyatakan ketentuan-Nya melalui kita, seturut kehendak-Nya. Kualitas kehidupan
doa kita itu menentukan kualitas hubungan kita dengan Dia.
Doa itu bersukacita di hadirat-Nya. Hal itu
dapat berupa seperti: penyembahan, pengakuan, ucapan syukur, puji-pujian, minta
sesuatu dari Tuhan, menunggu dengan berdiam diri untuk mendengarkan suara Tuhan
dan peperangan rohani yang disuruh Tuhan.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar