LALU bagaimana dengan
penanganan sampah non organik. Sampah-sampah jenis ini bisa kita alih fungsikan
menjadi benda lain yang bermanfaat. Contohnya, botol plastik dibuat tempat
sabun cair, pencuci lantai dsb. Jadi kita uma beli refill aja, hemat bukan?
Atau kaleng-kaleng cat yang dijadikan pot tanaman dan sebagainya.
Cara kedua adalah memprosesnya menjadi bentuk
lain. Daur ulang plastik tak hanya bisa menjaga kelestarian alam. Tapi juga
bisa mendatangkan keuntungan ekonomi. Apalagi, jika pengelolaan sampah plastik
itu dilakukan dengan serius dan mendapatkan dukungan pemerintah.
Tak hanya itu, daur ulang plastik juga dapat
membuka lapangan kerja baru, seperti tenaga sortir plastik, tenaga giling,
tenaga pengepakan sampai staf administrasi dan keuangan.
Potensi limbah plastik sebagai bahan
komoditas mulai disadari para perlaku bisnis di Indonesia. Terbukti dengan
munculnya industri-industri daur ulang plastik kota-kota besar seperti Jakarta
dan Surabaya.
Di Batam, kini juga mulai bermunculan
pelaku-pelaku daur ulang plastik. Mulai yang dilakukan para pencinta lingkungan
sampai di perumahan-perumahan. Misalnya, seperti menjadikan sampah-sampah
plastik itu sebagai aksesoris maupun untuk kebutuhan lainnya seperti untuk tas,
tempat sepatu dan lain-lain.
Namun, jika dibandingkan dengan negara luar,
kita jauh tertinggal dalam hal pengelolaan sampah. Di Jepang misalnya, daur
ulang di Jepang dilakukan secara besar-besaran dengan melibatkan seluruh
masyarakat, lengkap dengan undang-undangnya.
Para konsumen bertanggung jawab untuk
memilah-milah sampah masing-masing (sampah basah, sampah kering yang
dipilah-pilah lagi menjadi botol gelas dan plastik, kaleng aluminium, dan
kertas, sedangkan pemerintah daerah bertanggung jawab mengorganisir sampah-sampah
itu untuk diserahkan ke pabrik pendaur ulang).
Sementara di Indonesia, pemanfaatan limbah
plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan
keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan
untuk pot atau ember.
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur
ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan
agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri.
Antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu
sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum
digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan,
pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya.
Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian
besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih
rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat
jarang ditemui.
Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia
plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai
pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan
sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta
lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai.
Proses daur ulang plastik dimulai dengan
memisahkan plastik berdasarkan jenisnya, misal PET (seperti botol air mineral)
tidak dicampur dengan PP (gelas air mineral) dan sebagainya. Anda harus belajar
jenis-jenis plastik.
Lalu plastik yang sudah disortir dibersihkan
dengan air dan sabun untuk menghilangkan kotoran-kotorannya seperti pasir,
lumpur dsb. Keringkan dengan dijemur.
Berikutnya plastik itu harus dihancurkan
dengan menggunakan mesin giling khusus. Dari Mesin giling ini, dihasilkan
serpihan plastik yang namanya “flakes”. Makanya dikenal istilah PET bottle
flakes. Ya kayak cereal gitu.
“Flakes” itu merupakan bahan baku biji
plastik atau pelet plastik. Dari “flakes” itu lalu dicuci menggunakan cairan
kimia, atau yang paling bagus pakai mesin cuci yang menggunakan air panas.
Pada dasarnya plastik-plastik bekas ini bisa
dimanfaatkan kembali menjadi barang apa saja yang berguna bagi kehidupan
manusia, tergantung dari kreatifitas kita masing-masing.
Salah satu contohnya adalah limbah tas
plastik yang disulap siswa-siswi SMK 3 Kimia Madiun menjadi berbagai kerajinan
unik dan menarik. Mulai dari tas, dompet, bingkai foto, taplak meja bahkan
sampai bed cover.
Karena keterampilan memanfaatkan limbah
tersebut, karya Liani Jumiat Asri, Ria Dwi Santi, Mukti Ary Wibowo dan Danang
Budhi Permana tersebut mendapat penghargaan juara Harapan I dalam lomba bertema
Perbaikan Lingkungan di Sekolah dan Area Sekitarnya yang diselenggarakan
Yayasan Tirai Indonesia dan Auto 2000 dan Penghargaan dari ajang kompetisi
lingkungan di Jakarta oleh Toyota.
Kerajinan mereka memang cukup sederhana. Tas
plastik bekas yang sudah tak terpakai dicuci sampai bersih. Selanjutnya, warna
dikelompokkan, mulai hitam, putih, merah atau warna lainnya. Lalu, tas plastik
tersebut dipotong melintang. Ukuran memang variatif, tergantung kerajinan apa
yang akan dibuat. Kalau akan membuat dompet, ukurannya bisa lebih kecil.
Setelah dipotong-potong, kemudian ditentukan
motif warna kerajinan yang akan dibuat. Untuk motif dengan nuansa merah dan
hitam, lembaran plastik yang dibutuhkan harus merah dan hitam pula.
Setelah itu, mulailah lembar satu dengan
lainnya dikaitkan dengan cara dianyam. Setelah terikat satu dengan lainnya,
masing-masing simpul anyaman berbentuk segi empat. Menganyamnya juga tidak
sulit kok. Setelah jadi lembaran, dibentuk menjadi barang yang diinginkan,
entah tas tenteng lengkap dengan tali, dompet, bingkai foto, dan lainnya.
Berikut langkah-langkah pembuatannya:
1.
Tas plastik bekas yang sudah tidak terpakai dikumpulkan lalu dicuci bersih.
2.
Kelompokkan plastik-plastik tersebut menurut warnanya, biasanya ada hitam,
putih, merah, biru, dsb. (Bisa juga dipisahkan menurut ukuran serta ketebalannya, sehingga bisa
lebih seragam – tambahan)
3.
Potong melintang dengan ukuran 15 cm x 40 cm. Ukuran ini bisa diatur sesuai
jenis produk yang ingin dihasilkan.
4.
Tentukan warna motif yang akan dibuat. Jika menginginkan tas motif merah hitam,
maka plastik warna itu saja yang digunakan.
5.
Kaitkan potongan-potongan tersebut sehingga membentuk anyaman. Setelah saling
terikat lalu disimpulkan membentuk segi empat. Begitu seterusnya sampai
membentuk lembaran.
6.
Setelah membentuk lembaran, barulah dipotong/dibentuk lagi sesuai keinginan.
Langkah-langkah tersebut hanya teknik dasar
saja. Masih perlu proses lebih lanjut untuk bisa menghasilkan produk yang
bernilai ekonomi. Ini menuntut kreatifitas dari sang pembuat.
Pembuatan produk kerajinan berbahan tas
plastik memang membutuhkan ketekunan dan kreatifitas tersendiri. Tapi dilihat
dari segi bahannya yang sangat mudah didapat dan murah, kerajinan dari bahan
tas plastik mungkin bisa menjadi salah satu alternatif usaha pemanfaatan
limbah.
Apalagi saat ini sedang gencar-gencarnya
berita tentang kerusakan alam akibat sampah dan polusi. Selain itu, kerajinan
berbahan limbah juga sedang menjadi tren tersendiri. Apabila produk yang
dihasilkan cukup berkualitas tentu bisa bersaing di pasaran.
(Luddy Eko Pramono, Buku
Cintai Tanahmu : Kasihi Airmu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar