Oleh: WIEN DS
Sebab itu haruslah kau ketahui, bahwa Tuhan,ALLAHmu, DIAlah
ALLAH yang setia yang memegang perjanjian dan kasih setia NYA terhadap orang
yang kasih kepadaNYA dan berpegang pada perintahNYA, sampai kepada beribu ribu
keturunan. (ULANGAN 7 : 9)
Dalam kehidupan ini, setiap manusia tentu pernah
mengucapkan sebuah janji. Entah itu janji yang diucapkan dalam konteks
hubungan pertemanan, hubungan bisnis, bahkan hubungan dalam perkawinan.
Janji diucapkan untuk meyakinkan lawan bicara atau
pasangan agar percaya bahwa akan terjadi sesuai yang telah direncanakan dan
disepakati oleh pihak pihak yang terikat didalamnya.
Sepasang kekasih yang akan memasuki mahligai rumah
tangga, akan berjanji didepan altar gereja untuk saling menjaga kesucian cinta mereka dan akan saling setia
sampai maut memisahkan keduanya.
Saat pengangkatan sumpah yang dilakukan oleh para
negarawan atau orang orang yang duduk dipemerintahan, di dalamnya juga
mengandung janji untuk mengemban amanat/tugas yang diberikan.
Di keseharian pun kata kata janji kerap sekali diucapkan
meski hanya dalam moment moment kecil, seperti janji bertemu, janji memberi
sesuatu, janji mengantarkan, janji mengunjungi dan masih banyak lagi.
Dari janji itulah, tentunya pihak pihak yang terikat
didalamnya mengharap untuk ditepati sehingga tidak ada pihak yang merasa
dirugikan oleh sebuah janji. Begitu kira kira.
Namun yang sering terjadi, ada berapa janji yang sudah
ditepati dan ada berapa pula janji yang sudah diingkari?...
Banyak mahligai rumahtangga porak poranda karena janji
kudus pernikahan tidak ditepati, ada banyak bisnis bisnis besar gagal total dan
perusahaan perusahaan gulung tikar karena pengingkaran sebuah janji. Kalau
semakin kesini semakin banyak kasus kasus korupsi yang merugikan negara, salah
satunya adalah tidak ditepatinya janji untuk mengemban tugas mulia kenegaraan.
Dalam hubungan keseharian pun, pertemanan dan
persahabatan kerap renggang hanya karena
janji yang diingkari bahkan cenderung diremehkan. Mau satu pihak atau semua
pihak yang tidak menepati janji tentu ujung ujungnya pasti berakhir “selesai”/
“tidak bagus”/”tidak bertahan lama”.
Dan pastinya ada pihak yang merasa tersakiti karena
merasa telah diingkari . Kesimpulannya, jika tidak ada komitmen dan kesetiaan
menjalankan sebuah janji, maka apapun jenis hubungannya tidak akan bisa
harmonis. Bahkan cenderung hancur.
Lalu bagaimana dengan hubungan manusia danTUHAN, manusia
dengan Khaliknya? Ada berapa janji yang sudah dibuat dengan DIA? Dan sejauh ini,
seberapa banyak yang sudah ditepati dan berapa yang belum ditepati?
Disadari atau tidak, diakui atau tidak, kita sering
menagih janji janji TUHAN, tapi juga sekaligus memberi janji janji manis
kepadaNYA. Terlebih saat berada dalam
lembah kekelaman (dalam masalah, sakit penyakit atau pergumulan hidup).
Dalam doa yang dinaikkan padaNYA, kita sering menagih
janji TUHAN…tentang pertolonganNYA…..dan kita juga beberapa kali memberi janji
pada TUHAN ,bahwasanya nanti jika TUHAN sudah melewatkan dari gunung
persoalan, kita berjanji akan menjadi
hamba yang setia dan taat , akan bertobat, akan bertekun dalam hadiratNYA, akan
melayani, akan bla….bla….bla….
Namun, kenyataannya, janji pada TUHAN menjadi sering kita
ingkari atau minimal kita sepelekan. Contohnya, hanya karena hujan, membuat janji
kita untuk datang beribadah jadi batal.
Karena hujan, pelayanan sering terabaikan, atau karena
mengantuk, jadi tidak sempat untuk berdoa sebelum tidur, dan masih banyak
alasan alasan klasik yang intinya, janji hanya tinggal janji.
Acapkali manusia menuntut agar TUHAN segera menggenapi
janjiNYA, namun sebaliknya, ketika sudah tergenapi, sudahkah janji janji kita
pada TUHAN itu, kita tepati? Atau sebaliknya, justru TUHAN hanya mendapatkan janji janji manis dari
manusia? CiptaanNYA yang paling berharga?
Dari dulu, sekarang dan sampai selama lamanya, TUHAN
tidak pernah mengingkari janji janji yang sudah dibuatNYA. Penyertaan,
pemeliharaan dan pertolonganNYA tetap terjadi atas kita….(Yesaya 41:13).
Apapun yang TUHAN ijinkan terjadi dalam hidup orang
percaya, senyatanya DIA akan tetap menyertai dan tidak membiarkan sampai
tergeletak. Itu janjiNYA (Mazmur
37;24). Janji janjiNYA besar dan semua digenapi tepat pada waktuNYA,dan sesuai
rencanaNYA.
Perihal janji, adalah sesuatu yang tidak bisa dipandang
remeh, dan bagi manusia memang bukan perkara yang mudah untuk dapat menepatinya.
Baik terhadap sesamanya dan terutama
pada DIA yang lebih dulu memberi teladan dalam memegang teguh janji setiaNYA.
Janji bukan untuk diobral atau seperti angin yang begitu
cepat berhembus lalu hilang begitu saja. Dan menepati janji bukan hanya bicara
soal kewajiban, melainkan sebuah langkah positif dalam membangun kepercayaan. Saat
harus mengutarakan sebuah janji, tanamkan dalam diri untuk bisa dan harus
menepatinya. Jangan karena janji yang tidak ditepati membuat rusak segalanya.
Terhadap DIA Sang Khalik, hendaknya setiap janji kita
menjadi sebuah pertanggung jawaban yang siap untuk dipersembahkan pada saat DIA
benar benar datang untuk kedua kalinya. Janji
dalam pertobatan, janji dalam pelayanan, janji untuk bertekun dalam doa, janji
mematuhi segala perintahNYA, dan sebagainya.
Dan, sebelum menuntut janji TUHAN, tanyakan pada diri
kita, ada berapa janji kita yang sudah/belum kita tepati? Jika belum, selagi
ada waktu dan kesempatan, tepati janji dan bersiaplah pula untuk menerima
penggenapan janjiNYA yang selalu tepat waktu dan pasti indah sesuai rencanaNYA. Karena
DIA,TUHAN yang tidak sekalipun mengingkari janji. TUHAN MEMBERKATI.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar