Di abad ke 21 ini,
semuanya sudah menggunakan teknologi terbaru. Sudah bukan lagi masanya TV
tabung, hampir semuanya sudah berganti dengan LCD atau LED. Juga tak akan
terdengar lagi suara ketukan mesin ketik, karena semua kantor sudah menggunakan
computer, baik yang PC maupun laptop. Kejayaan handphone poliponic juga sudah
tergusur oleh lahirnya generasi terbaru teknologi komunikasi yang super
canggih.
Revolusi
teknologi itu membuat manusia termudahkan pekerjaannya. Terutama oleh sebuah
alat bernama smartphone. Bukan bentuk alatnya, tapi fitur-fiturnya yang
memanjakan penggunanya. Misalnya Blackberry messager, Whatsapp, Kakao Talk,
Instagram dan lainnya.
Tak perlu lagi buka laptop plus
modem untuk sekedar mengecek email, baca e-news atau bahkan melakukan transaksi
perbankan. Cukup aktifkan koneksi internet smartphone dan pekerjaan-pekerjaan
itu bisa beres seketika.
Dengan menggunakan smartphone, kita juga bisa
melakukan aktifitas berjejaring sosial dengan teman, saudara atau rekan bisnis,
dimana saja dan kapan saja. Bahkan kini banyak orang yang memanfaatkan media
sosial tersebut menjadi onlineshop yang menguntungkan karena bisa dilakukan
dengan modal minimal.
Saat ini, hampir sepertiga jumlah penduduk di
dunia sudah memiliki smartphone. Mereka rata-rata menggunakannya 150 kali
sehari. Wajar saja, pasalnya ponsel cerdas seperti Android, iPhone, Windows
Phone atau BlackBerry, adalah komputer mini yang bisa melakukan banyak hal.
Tapi tidak selamanya sesuatu yang canggih
selalu positif. Begitu pula dengan smartphone atau gadget yang akhirnya justru
menimbulkan efek negatif. Kecanggihan alat komunikasi nirkabel ini mampu
membuat penggunanya teradiksi atau kecanduan.
Kita sendiri contohnya, berapa paling lama
waktu yang dapat kita lewatkan tanpa penggunaan smartphone atau gadget? Bahkan
rasanya sehari pun sulit. Seperti ada yang hilang dari diri kita. Penggunaan
smartphone atau handphone yang berlebihan inilah yang kemudian menimbulkan sisi
negatif pada kemajuan teknologi smartphone atau gadget saat ini.
Sekarang bandingkan, berapa lama anda bisa lewatkan
tanpa berdoa dan membaca Alkitab. Sehari, dua hari, sepekan atau bahkan lebih
dari itu. Jika jawabnya adalah ya, inilah saatnya untuk kita berhenti sejenak
dan merenung.
“Ya itulah masalahnya. Tanpa disadari, jiwa
kita sudah tak lagi merdeka gara-gara gadget dan smartphone. Ia membelenggu
manusia oleh kecanggihannya sehingga setiap orang merasa sangat membutuhkannya
setiap saat,” jelas DR. Willy Josep Chandra.
Padahal semestinya, lanjutnya, setiap orang
harusnya menempatkan Tuhan pada prioritas utama hidupnya. “Tapi faktanya,
banyak orang yang merasa biasa saja saat tersadar kalau mereka lupa berdoa pagi
ini. Tapi mereka justru bingung setengah mati gara-gara lupa membawa HP-nya
saat keluar rumah,” katanya.
Menurut bapak dari tiga orang anak itu,
kecenderungan perilaku seperti itu sama halnya dengan mengingkari Perintah
Tuhan yang pertama, ‘Jangan ada padamu, allah lain dihadapan Ku’. (Kel 20 : 3)
Dalam hal ini, gadget termasuk smartphone
telah menjadi berhala yang mengalihkan pandangan umat dari wajah Tuhan. Bahkan
ada juga jemaat yang tetap asyik mengutak-atik HP-nya saat duduk di dalam
gereja.
Perbuatan seperti inilah yang menduka-citakan
Tuhan. “Ingat, Ia adalah Allah yang pencemburu dan tak mau diduakan sebagaimana
yang tertulis dalam Ulangan 6:15 (Sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang
cemburu di tengah-tengahmu, supaya jangan bangkit murka TUHAN, Allahmu,
terhadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi.),”
tandas Gembala Gereja House of Glory Sidoarjo itu.
Meski begitu, bukan berarti ia melarang
jemaatnya menggunakan smartphone atau produk gadget lainnya. Smartphone tidak
bisa disalahkan karena membantu kita untuk mengakses informasi lebih cepat.
Tapi kita harus bijak menggunakannya.
“Gadget dan Smartphone adalah ciptakan
manusia. Karena itu kita yang harus mengendalikannya sesuai dengan kebutuhan,
bukan sebaliknya, teknologi itu yang justru mengendalikan kita,” katanya
lagi.*lud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar