Ada
tiga komponen yang berperan dalam menentukan kesuksesan anak Tuhan di masa
mendatang. Yang pertama adalah adanya visi untuk meraih derajat kehidupan yang
lebih baik. Berikutnya adalah kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi setiap
halangan dan rintangan sebagai bentuk proses untuk meraih kesuksesan tersebut.
Dan yang terakhir adalah kemauan untuk mawas diri terkait kebiasaan buruk dari
dalam diri yang bisa menghambat pencapaian visi tadi.
Ketiga kunci meraih sukses tersebut
disampaikan Pdt. DR. K.A.M. Jusuf Roni dalam Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR)
yang dilaksanakan di Hall Utama Gereja House of Glory Sidoarjo, Rabu (16/7)
lalu.
Dalam khotbahnya dihadapan lebih
dari 300 orang jemaat Gereja HoG tersebut, Jusuf Rony mengambil contoh kasus
perjuangan hidup Nabi Yusuf sebagaimana tersurat dalam Kitab Kejadian 37 : 5 –
11.
Gembala Sidang Gereja Kemah Abraham
Jakarta tersebut menuturkan, semua kesuksesan diawali dengan adanya visi atau
keinginan. Dan visi tersebut haruslah digantungkan setinggi-tingginya tanpa
perlu khawatir tidak akan tercapai.
Tentu, tak mudah meraih visi itu.
Banyak halangan dan rintangan yang datang, dan biasanya hadangan itu justru
berasal dari orang-orang dekat atau mereka yang ada di sekitar kita. “Biasanya
aka nada orang yang iri hingga menimbulkan kebencian pada kita. Jangan khawatir
dan jangan menyesal, semakin orang iri dan benci, itu berarti kita berada dalam
posisi yang lebih baik daripada mereka,” katanya.
Berikutnya, kenyataan yang kita
hadapi kadangkala justru bertolak belakang dengan visi tersebut. “Maunya kita
meraih langit, tapi justru kita berada di dalam lubang yang terdalam. Tapi itu
semua adalah bagian dari proses menuju kesuksesan itu tadi,” imbuhnya.
Ia mencontohkan Yusuf yang bermimpi
jadi raja namun ia justru dijerumuskan dalam sumur, dijual sebagai budak bahkan
dipenjara. “Yakin saja, bahwa rencana Tuhan tidak akan pernah gagal. Selalu
akan ada benang merah yang menuju kearah tujuan hidup tadi, dan itu merupakan
bagian dari proses ,” katanya lagi.
Dan faktor terakhir menuju
kesuksesan itu akan berpulang pada diri kita masing-masing. Dimana setiap orang
pasti memiliki kebiasaan buruk yang kerap kali menjadi batu sandungan. Karena
itu dibutuhkan kemauan dan kerendahan hati untuk melakukan instrospeksi.
“Memang tidak mudah dan tidak nyaman untuk mengubah
kebiasaan yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Tapi itu harus dilakukan kalau
memang mau sukses. Jangan salahkan Tuhan dan jangan menunggu orang lain, kita
sendiri yang harus mau berubah,” tandas hamba Tuhan yang mahir berbahasa Ibrani
itu.*lud
Setuju,,,,,! saya suka postingan anda. kalau boleh saya tambahkan,,, kesabaran bersepupu dekat dengan keikhlasan,,, dan sebagai sesama insan beragama dalam ajaranku Tuhan lebih melihat pada 'proses' yang kita lakukan bukan pada hasil yang kita peroleh,,,,pohon yang baik akan menghasil buah/panen yang baik,,,,
BalasHapus