Satu
lagi kesalahan yang kerap dilakukan terkait penggunaan gadget. Namun kesalahan
ini kerap disamarkan dalam kedok kasih sayang orang tua pada putra-putrinya.
Yakni mereka sengaja menjadikan piranti canggih itu babysitter.
Padahal, jika yang dewasa saja
demikian mudah disesatkan apalagi mereka yang masih belia bahkan kanak-kanak.
Dan sekarang faktanya saat ini banyak diantara anak-anak kita yang juga
ikut-ikutan kecanduan smartphone.
Mereka bisa duduk sendiri berjam-jam
sambil memainkan game online yang tidak sepenuhnya mendidik. Selain itu mereka
juga keranjingan berselancar di media sosial sebagaimana yang dilakukan
orang-orang yang lebih tua dari mereka.
"Dengan banyak orang tua yang sama-sama
bekerja, smartphone seakan menjadi pemuas kebutuhan. Dengan alat itu mereka
bisa mengetahui posisi sang anak saat papa-mama tak ada di dekat mereka,” kata
Monica Vila, pengarang panduan Smartphone Generation seperti dikutip dari
Mirror.
Pemberian telepon pintar itu biasanya
dilakukan orang tua atas permintaan si anak yang ingin tampil gaya dihadapan
teman-temannya. Mereka akan protes jika hanya diberi ‘HP biasa’ karena khawatir
menjadi sasaran hinaan teman-temannya.
Dan karena orang tua ‘merasa berdosa’ pada
anak lantaran tak bisa mendampingi mereka sepenuh waktu, maka permintaan itupun
dituruti meski mereka tahu resikonya. “Ini bentuk kasih sayang yang salah
karena dampaknya akan menyesatkan bahkan bisa membunuh jiwa juga raga si anak,”
tandas DR. Willy Josep Chandra.
Dalam hal ini, menurutnya, orang tua harus
tegas. Tidak semua permintaan anak harus dituruti. Ia harus mampu memilih dan
memilah untuk menentukan yang terbaik bagi buah hatinya. Dan jika anak
membantah dengan alasan tadi, maka orang tua harus mendidik dan mengajarnya
agar taat.
Menurut
Dr Willy Josep Candra, bahwa anak-anak dibawah usia 12 tahun belumlah siap
untuk menda-patkan smartphone sendiri. Pertimbangannya, di usia-usia tersebut
mereka belumlah mampu memilih dan memilah dengan baik. karena itu untuk
meminimalisir resiko sebaiknya mereka tidak memegang smartphone.
Kalaulah
memang dianggap perlu memegang Hp sendiri demi melancarkan komunikasi antara
orang tua dan anak, cukuplah diberi perangkat komunikasi dengan kemampuan
terbatas, sekedar untuk menelepon dan sms saja.
Jikalau
mereka diperkenankan menggunakan gadget atau smartphone milik papa dan mamanya,
sebaiknya waktunya dibatasi dan diawasi dengan ketat. Jangan biarkan anak
menggunakannya pada jam-jam belajar atau di kamar tidur.
Dan yang
terpenting adalah, jangan biarkan mereka berlama-lama di dunia maya. Ada
baiknya jika mereka lebih banyak menggunakan waktunya untuk bersosialisasi
dengan teman-teman sebayanya. Interaksi semacam itu akan menimbulkan rasa
empati dan menghargai orang lain.* Lud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar