Siapapun pasti akan
bangga saat melihat buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang santun dan
memiliki karakter yang baik. Hanya saja, perilaku yang baik itu tidak bisa
tercipta dengan sendirinya dalam diri anak-anak. Mereka harus belajar melalui
apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.
Banyak
hal yang harus diajarkan pada anak-anak dalam upaya membentuk karakter yang
baik dalam diri mereka. Dan kita bisa memulainya dengan membiasakan mereka
untuk selalu mengucapkan kata ‘maaf, tolong dan terima kasih’.
Ketua Yayasan Pendidikan Kristen
Taruna Rajawali Sidoarjo, Ninik Suprapti mengatakan sangat besar manfaat yang
bisa diambil jika anak terbiasa mengatakan Three Magic Words itu.
“Yang pertama anak akan tumbuh
menjadi pribadi yang merdeka. Artinya mereka tidak akan mudah tertekan oleh
keadaan apapun yang dihadapinya. Sportif aja. Jika melakukan kesalahan, mereka
dengan besar hati akan meminta maaf kepada siapapun. Sebaliknya mereka juga
akan mudah memaafkan sehingga tak pernah menyimpan dendam pada orang lain,”
jelas Ninik saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.
Selain itu, anak yang terbiasa
mengucapkan Three Magic Words itu juga akan menjadi pribadi yang rendah hati.
“Ketika menjadi pimpinan, ia selalu bilang tolong kala menyuruh anak buah atau
bawahannya. Dan pastinya ucapan terima kasih juga akan selalu meluncur dari
mulutnya setelah sang bawahan atau siapapun selesai melaksanakan tugas yang
diberikannya,” tambah ibu dari dua orang anak itu.
Manfaat yang terutama adalah anak
tersebut akan selalu disukai oleh siapa saja dan nantinya setelah dewasa ia
akan diterima di semua komunitas lantaran karakternya yang baik dan menyejukkan
tersebut. “Kalau sudah begitu maka bukan tidak mungkin berkat akan turun
melimpah atasnya,” tandas Ninik sembari tersenyum.
Karena itulah, maka tiga kata ajaib
itu harus dibiasakan dalam kehidupan keluarga. Papa, Mama dan orang lain di dalam
rumah tempatnya tinggal yang menjadi pelopor dalam mengucapkan kata-kata
tersebut.
“Perkembangan anak selalu dimulai
dari mendengar kemudian menirukannya sebelum kemudian menjadi kesadaran dan
kebiasaan. Dan yang ditiru adalah orang tuanya. Karena itu papa dan mama juga
harus biasa bilang maaf, tolong dan terimakasih di depan anak atau bahkan
kepada anak itu sendiri,” imbuh Ninik.
Pola inilah yang disebut sebagai
pengajaran melalui keteladanan.
Jika
ingin anak Anda meminta maaf untuk sebuah kelalaian atau kesalahan yang
dilakukannya, maka lebih dulu minta maaflah pada mereka jika Anda melakukan
kesalahan.
Kata maaf merupakan kata yang indah. Kata ini
mengajarkan pada anak-anak untuk selalu menunjukkan ketulusan hati yang
menyatakan penyesalan akan kesalahan yang mereka lakukan tanpa perlu khawatir
kehilangan harga diri atau kewibawaan.
Begitu juga saat anda akan menyuruh
anak melakukan sesuatu, maka biasakan mendahuluinya dengan kata tolong.
Membiasakan mengucapkan kata ini berarti anda telah mengajar anak-anak untuk selalu
meminta sesuatu dengan santun dan lebih terkontrol saat menginginkan sesuatu.
Anak-anak yang terbiasa mengucapkan kata ‘tolong’
akan menjadikannya pribadi yang rendah hati dan menghargai orang lain serta
tidak bersikap arogan yang seenak hatinya menyuruh-nyuruh orang lain, terlebih
pada kita, orangtuanya sendiri.
Yang terakhir, biasakan diri Anda untuk
memberikan penghargaan pada anak-anak Anda. Anda tidak perlu selalu memberikan
hadiah pada mereka tiap kali mereka melakukan sesuatu yang membanggakan, cukup
katakan terima kasih.
Misalnya katakannya, “Terimakasih ya, Sayang.
Rumahnya sekarang jadi bersih karena adek mau bereskan mainan sendiri,”. Mereka
akan sangat bangga bila kita, orangtuanya, menghargai apa yang mereka usahakan
meski hasilnya mungkin tidak sebagus yang kita harapkan.
‘Terima
kasih’ adalah kata yang menunjukkan penghargaan yang ada dalam diri pada orang
yang telah membantu kita ataupun orang yang memberikan sesuatu. Terima kasih juga
mengajar anak-anak kita untuk selalu mengucap syukur atas segala yang mereka
nikmati.
“Memang tak mudah menerapkan hal ini
kalau sebelumnya kita tak pernah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari,
terutama bagi para bapak pada anak-anaknya. Tapi semuanya pasti bisa asalkan
kita mau memaksa diri untuk mau memulainya,” tutur Ninik.
Dan yang terpenting, jangan mudah
menyerah. “Kadang kita melakukan itu di rumah, tapi teman-temannya tidak.
Ajarkan terus biar ia menjadi berbeda dengan dunia ini dan kemudian menimbulkan
dampak bagi orang-orang disekitarnya,’ tandasnya lagi.
Dan jika tiga kata ajaib itu sudah
menjadi bagian yang terpisahkan dari keseharian mereka maka Anda akan mendapat
kebanggaan tersendiri. Dan tunggu saja, suatu saat ia akan berkata, "Terima
kasih Ma, terima kasih Pa karena telah mendidikku dengan baik.” *Lud
Ajarkan Melalui
Keteladanan
Ada
beberapa cara yang harus dilakukan agar anak menjadikan kata ‘maaf, tolong dan
terima kasih’ menjadi bagian yang terpisahkan dalam hidupnya sehari-hari
sehingga mampu membentuk karakternya, yakni :
Mulailah sejak dini
Sebaiknya
lakukan sejak sang anak masih dalam kandungan. Mama dan papanya bisa bergantian
atau bersama-sama mengajak janin bicara. “Misalnya katakan, tolong jangan keras-keras
dong nendangnya, perut mama sakit nih. Atau bisa saja bilang, maaf ya dek tadi
mama kerja sampai malam, jadi kamu kecapekan deh dan lain sebagainya,” jelas
Ninik.
Metode komunikasi ini sudah dapat dilatihkan
pada janin sejak kehamilan berusia 5 bulan atau 20 minggu. Pasalnya, di usia
tersebut, janin sudah dapat bereaksi pada suara atau bunyi-bunyian yang
berlangsung di luar kandungan. Tak hanya itu, di usia tersebut janin juga sudah
memiliki perasaan, kesadaran, dan daya ingat. Jadi sangat perlu untuk mulai
mengajarkan tree magic words itu.
Lebih lanjut Ninik mengatakan, komunikasi
dengan janin sangat diperlukan untuk perkembangan kecerdasan dan pembentukan
kepribadiannya anak kelak. Selain itu komunikasi tersebut juga bisa membuat
bayi yang dilahirkan mengalami perkembangan dalam hal keterampilan motorik
kasar-halusnya, komunikasi dan kemampuan menolong dirinya sendiri.
Orang tua yang
Meneladani
Tak
ada cara yang jauh lebih untuk mengajarkan sesuatu pada anak selain melalui
keteladanan. “Keteladanan orang tua lebih mudah ditiru anak ketimbang hanya
sekadar kata-kata, karena keluarga merupakan interaksi yang pertama bagi anak
untuk mengenal lingkungan mereka,” katanya.
Karena itu untuk membiasakan anak mengucapkan
kata maaf, tolong dan terima kasih, maka Papa dan Mamanya lah yang harus lebih
dulu mengucapkannya pada putra-putrinya.
Mama dan Papa juga harus melakukannya pada
pembantu, sopir taksi, tukang sampah, tukang sayur, tukang parker, satpam dan
orang-orang yang selalu berinteraksi dengan anggota keluarga. Hal ini
mengajarkan pada anak supaya mereka tidak main perintah bahkan terhadap orang
yang lebih 'rendah' kedudukannya.
Ini sesuai dengan Firman Tuhan dalam Titus
2:7 yang berbunyi,
‘dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam
berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu’
Lakukan berulang kali
Mengajarkan
hal baru pada anak tentu tak bisa dilakukan hanya sekali tapi berulang-ulang
hingga menimbulkan kesadaran dan kebiasaan. Alkitab mengajarkan tentang hal
itu, sebagaimana tersurat dalam Ulangan 6:6-7.
Dan bukan itu saja, selanjutnya dikatakan: "haruslah
engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."
Boleh keras asal tak
emosional
Ada
kalanya anak sengaja abai meski telah berkali-kali diajar untuk mengucapkan
tree magic words tadi. Kalau sudah begitu, tak ada salahnya memberikan hukuman.
Tuhan
sendiri juga akan memberikan hukuman pada umatnya yang bersalah. Aku
akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan
kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan
dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (2 Samuel 7:14)
Hanya saja yang perlu diperhatikan, hukuman
itu harus dilakukan tanpa emosi yang meluap-meluap. “Dalam amarah, biasanya
akan mudah lepas kontrol sehingga bisa saja mengeluarkan kata-kata yang sia-sia
atau memukul dengan keras. Ini yang tidak boleh,” tandas Ninik lagi.
Hukuman itu haruslah bertujuan mendorong anak
melakukan suatu kebaikan, menyadari kesalahannya dan tidak mengulang kesalahan
serupa di kemudian hari.*Lud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar