Para
sejarahwan Alkitab menyebut Nabi Samuel sebagai penulis Kitab Samuel. Namun
diperkirakan Kitab tersebut tidak diulisnya sendiri. Kontributor lainnya yang adalah
nabi/sejarahwan Nathan dan Gad (1 Tawarikh 29:29).
Berdasarkan
manuskrip aslinya, kitab 1 dan 2 Samuel berasal dari satu kitab. Para
penerjemah Septuaginta telah memisahkan kedua kitab tersebut dan sejak
pemisahan tersebut, tidak pernah digabungkan lagi.
Peristiwa
yang terjadi dalam kitab 1 Samuel terjadi dalam kurun waktu 100 tahun, yakni sekitar
1100- 1000 SM, sejak kelahiran Samuel sampai pada kematian Saul, raja Israel
yang pertama.
Samuel
sendiri telah dikenal oleh seluruh Israel dari daerah Dan sampai Bersyeba. Ia telah
dipercayakan jabatan nabi Tuhan, dan ia menjadi hakim Israel yang terkemuka (I
Samuel 3:20).
Samuel
mendirikan sekolah nabi yang pertama, dan dengan setia ia mengajarkan firman
Allah dan berhasil menuntun umat pada tingkat kesalehan hidup yang tertinggi
sejak masa Yosua kira-kira 300 tahun sebelumnya.
Ia
juga meletakkan dasar bagi jabatan kenabian. Sejak saat itu, para nabi menjadi
jabatan yang penting dan mereka digunakan sebagai alat Allah untuk menyampaikan
kehendakNya kepada pemerintah dan kepada seluruh umat.
Namun,
ketika Samuel telah lanjut usianya, seluruh tua-tua Israel datang kepadanya di
Rama dan mengingatkannya bahwa anak-anaknya tak layak menggantikannya sebagai
pemimpin. Karena itu mereka menuntut seorang raja seperti bangsa-bangsa lain (I
Samuel 8:5).
Walaupun
Musa telah memberi petunjuk mengenai prosedur pemilihan seorang raja (Ulangan
17:14-20), tuntutan mereka ini membuktikan ketidakberimanan bangsa Israel
kepada Allah, sebagai satu-satunya Raja mereka yang benar.
Mereka
lupa bahwa setelah kematian Eli, Allah telah turun tangan dan mengalahkan
bangsa Filistin ketika Samuel berseru kepada Tuhan dalam doa (I Samuel 7:9-13).
Allah
berbicara kepada Samuel dan berkata: Akulah yang mereka tolak, supaya jangan
Aku menjadi raja atas mereka (I Samuel 8:7). Dengarkanlah permintaan mereka dan
angkatlah seorang raja bagi mereka (I Samuel 8:22).
Allah
kemudian menyuruhnya untuk mengurapi Saul sebagai raja. Saul tampak lebih
tinggi dan lebih gagah dari pada setiap orang sebangsanya (I Samuel 9:2), jadi
pantaslah bila ia dipilih sebagai raja.
Pemerintahan
Saul dimulai dengan kemenangan militer yang spektakuler (I Samuel 11:6-13). Namun,
pada saat Saul telah ditetapkan menjadi raja, kegagalannya dalam mentaati Tuhan
secara penuh tampak jelas (I Samuel 15:3,20-21).
Hal
ini membuat Samuel harus menegur Saul dengan berkata: Karena engkau telah
menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.(I Samuel
15:23,26). Hal ini merupakan titik balik dalam kehidupan Saul, karena kita
membaca: Tetapi Roh Tuhan telah mundur dari pada Saul (I Samuel 16:14). Karena
itu Allah kemudian menyuruh Samuel mengurapi Daud sebagai raja.* dari berbagai
sumber
Dikutip
dari Glory News, warta Ibadah Gereja Bethany Indonesia House of Glory Sidoarjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar