Sebagaimana
dua kitab sebelumnya, Kitab Imamat juga diyakini ditulis sendiri oleh Nabi Musa
pada 1445 -- 1405 SM. Kitab ini berisi pengarahan yang diberikan Allah kepada
Musa selama dua bulan di antara selesainya pembangunan Kemah Suci (Kel 40:17)
dan keberangkatan Israel dari Gunung Sinai (Bil 10:11).
Kata
‘Imamat’ diambil bukan dari Alkitab bahasa Ibrani, tetapi dari terjemahan
Yunani dan Latin. Judul ini mungkin membuat orang berpikir bahwa kitab Imamat
hanya membahas imam-imam Lewi, namun tidak demikian halnya karena sebagian
besar kitab ini berkenaan dengan seluruh bangsa Israel.
Lebih
dari lima puluh kali disebutkan bahwa isi kitab ini adalah firman dan penyataan
Allah yang langsung kepada Musa bagi Israel, yang kemudian disimpan oleh Musa
dalam bentuk tertulis.
Para
pengritik yang mengatakan bahwa kitab ini ditulis oleh seorang imam penyusun
yang hidup jauh di kemudian hari melakukannya dengan menolak integritas kesaksian
Alkitab.
Imamat
ditulis dengan tujuan mengajar bangsa Israel dan para imam perantara mereka
mengenai cara menghampiri Allah melalui darah pendamaian dan untuk menjelaskan
standar kehidupan kudus yang ditetapkan Allah bagi umat pilihan-Nya.
Penggenapan Dalam
Perjanjian Baru
Karena
penekanan gandanya pada pendamaian darah dan kekudusan, kitab ini tetap ada
sangkut-paut dengan orang percaya di bawah perjanjian yang baru. PB mengajarkan
bahwa darah pendamaian dari binatang yang dikorbankan menunjuk kepada Kristus
sebagai korban penghapus dosa yang dipersembahkan satu kali untuk
selama-lamanya (Ibr 9:12).
Perintah
untuk hidup kudus dapat dicapai sepenuhnya melalui darah Kristus yang mahal di
dalam diri seorang percaya perjanjian baru, yang terpanggil untuk kudus di
dalam semua bidang hidupnya (1Pet 1:15).
Hukum terbesar kedua sebagaimana dinyatakan oleh Yesus
diambil dari Im 19:18, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri" (Mat 22:39).* bersambung
Dikutip
dari Warta Jemaat Gereja Bethany Indonesia House of Glory Sidoarjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar