Kisah Para Penulis Alkitab
Mordekhai
bin Yair bin Simei bin Kish, adalah seorang Yahudi dari suku Benyamin. Ia disebut-sebut sebagai pahlawan Yahudi di
dalam kisah hidup Ester anak Abihail, ratu pilihan raja Ahasyweros dari
kerajaan Persia (memerintah tahun 485-465 SM).
Sebagian
sejarahwan Alkitab menyebutnya sebagai penulis Kitab Ester. Kitab ini merupakan
bagian dari Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen yang termasuk
golongan kitab-kitab Ketuvim.
Diperkirakan
kitab yang berisi tentang riwayat orang Yahudi di abad ke-5 SM itu ditulis
sekitar tahun 460 SM, tidak lama sesudah peristiwa-peristiwa ini terjadi.
Penjajahan
terhadap bangsa Yahudi telah menimbulkan sebuah ‘perselisihan’ antara Mordekhai
dan Haman bin Hamedata, orang Agag. Namun perselisihan ini terselesaikan dengan
baik oleh Mordekhai dan anak asuhnya, Hadasa yang kemudian menjadi Ratu Esther.
Sinergi
antara keduanya telah menghasilkan kemenangan dan memberi kehidupan bagi bangsa
Yahudi pada waktu itu. Di akhir kitab Ester, dituliskan tentang Mordekhai yang
menjadi orang kedua di bawah Raja Ahasyweros dan ia dihormati dan disukai banyak
sanak saudaranya (ay. 3)
(1) Mengikhtiarkan yang
baik bagi bangsanya.
Meskipun pada awalnya Mordekhai hanyalah
seorang pengasuh dan ayah angkat dari ratu Ester, namun ia tidak akan tinggal
diam saat mendengar rencana busuk yang direncanakan Haman dan teman-temannya.
Mordekhai mulai mengajak ratu Esther dan
bangsa Yahudi untuk berpuasa dan berdoa untuk sesuatu yang baik bagi bangsa-nya
yang sedang terancam.
(2) Demi keselamatan
orang sebangsanya, Mordekhai rela mengambil resiko yang akan dihadapinya, yaitu
ancaman terhadap keselamatan jiwanya. Hukuman mati sebenarnya telah menanti
Mordekhai pada waktu ia berbicara tentang keselamatan bangsanya. Namun,
Mordekhai tidak berhenti, tetapi terus berbicara sampai kebenaran itu didengar
oleh Raja Ahasyweros.
Hari
ini, dalam setiap kondisi apa pun dalam seluruh aspek kehidupan kita, apa kita
telah mencoba membangun sikap seperti Mordekhai sebagaimana telah diuraikan
diatas.
Kiranya
sikap Mordekhai ini boleh menjadi bagian dalam kehidupan kita, khususnya di
tengah zaman yang penuh persaingan dan perselisihan yang banyak ditemui di mana
saja.*
Dikutip
dari : Warta Jemaat Gereja Bethany Indonesia, House of Glory Sidoarjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar