Sekelompok katak berjalan melewati hutan, dan dua di
antaranya terperosok ke dalam sebuah sumur yang dalam. Katak yang lain berkumpul
di sekitar sumur itu. Ketika mereka melihat betapa dalamnya sumur itu, mereka
berkata pada kedua katak itu sebaiknya mereka mati saja.
Kedua katak itu tidak menghiraukan komentar
kawan-kawannya itu dan berusaha melompat keluar dari sumur dengan segenap
kekuatan mereka. Katak-katak yang lain berteriak agar mereka menyerah,
sebaiknya mereka mati saja. Akhirnya salah satu katak mengikuti yang
diteriakkan teman-temannya dan menyerah. Ia jatuh dan mati.
atak yang lain terus meloncat sekuat ia bisa. Sekali lagi,
kawan-kawannya berteriak agar katak itu menghentikan usahanya yang sia-sia dan
mati saja. Tetapi katak itu berusaha makin kuat dan akhirnya berhasil keluar.
Setelah berada di luar, katak-katak yang lain bertanya,
“Apa kau mendengar teriakan kami?” Katak itu menjelaskan pada kawan-kawannya
bahwa ia tuli. Ia mengira bahwa kawan-kawannya menyemangati dia terus menerus.
Cerita ini
mengajarkan kita dua hal:
Lidah kita memiliki kekuatan mati dan hidup. Kata-kata
yang membangkitkan semangat pada seseorang yang sedang dalam kesulitan dapat
mengangkat dia dan menolong dia melewati hari-harinya.
Kata-kata yang meruntuhkan semangat dapat membunuh orang
itu. Karena itu berhati-hatilah pada apa yang Anda
ucapkan. Berbicaralah positif pada orang-orang yang Anda jumpai.
Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita, dan dengan
lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang
sama keluar berkat dan kutuk. Saudara-saudaraku, hal ini tidak boleh demikian
terjadi.*
Sumber: Renunganhidup.com
Dikutip dari Warta Jemaat Gereja Bethany House of Glory
Sidoarjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar