Minggu, 19 Januari 2025

Sejarah Kekristenan Warga Tionghoa di Jawa (Bagian 1) - Justus Hernius yang Membuka Jalan di Batavia

Disarikan kembali oleh Luddy Eko Pramono


Ilustrasi gedung gereja Protestan di Batavia. (historia.id)


VOC memang tidak terlalu menaruh minat dalam karya misi di wilayah kekuasannya. Menurut Adolf Heukeun dalam bukunya yang berjudul Gereja-Gereja Tua Di Jakarta (Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2003), perusahaan dagang tersebut datang ke Batavia semata-mata untuk mencari kekayaan.

Kalaupun ada pendeta yang didatangkan dari Eropa ke Jawa, semata-mata bertujuan untuk merawat kerohanian para pegawai VOC serta budak-budak Kristen yang tergabung dalam De Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indie (Gereja Protestan di Hindia Belanda/GPI). Jadi mereka tidak bertujuan melakukan penyebaran keimanan Kristen pada suku-suku di Nusantara.

Salah satu diantara para pendeta itu adalah Justus Hernius yang menginjakkan kakinya di Batavia pada 17 Juli 1624. Selain menguasai bidang pengobatan pemuka agama itu ternyata mahir berbahasa Tionghoa. 

Dalam pelayanannya ia menerjemahkan pengakuan iman rasuli, 10 Perintah Allah, doa Bapa Kami, dan ringkasan katekismus ke bahasa Mandarin. Karena itu iapun mengarahkan sasaran penginjilannya pada orang-orang Tionghoa yang ada di dalam pusat pemerintahan VOC itu. 

Darwin Darmawan dalam bukunya yang berjudul Identitas Hibrid Orang Cina menyebut pada 1739 terdapat 4.368 orang Tionghoa di dalam kota Batavia dan 10.574 di luar kota. 

Sayangnya perjuangan Hernius ini tidak berlangsung lama dan tidak membuahkan hasil lantaran tak mendapatkan dukungan dari VOC yang lebih mementingkan urusan niaga ketimbang pekabaran Injil. Bahkan hingga kepindahannya ke Saparua, tak ada misionaris lainnya yang menindaklanjuti kerja Justus Hernius. 

Catatan sejarah menulis aksi Pekabaran Injil yang dilakukan para misionaris Protestan di tanah Jawa baru dilakukan lagi pada masa ‘pemerintahan sementara’ Inggris pada 1811 – 1815.

Upaya ini dilakukan atas inisiatif Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Indonesia dan Singapura yang mendatangkan orang-orang dari berbagai perhimpunan Pekabaran Injil Inggris.(*/bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar