Disarikan kembali oleh Luddy Eko Pramono
Pemukiman warga etnis Tionghoa di salah satu sudut kota Batavia. (Foto by: Historia.id)
Meski jabatan resminya adalah Ketua Muda lembaga peradilan tertinggi Kerajaan Belanda di Batavia, namun F.L. Anthing punya visi penginjilan yang luar-biasa. Ia begitu bersemangat melakukan kerja penginjilan melalui Perkumpulan Pekabar Injil bernama Genootschap Voor In-en Uitwendige Zending.
Bersama J.P. Esser dan Ds. E.W. King, ia mendidik beberapa anak muda untuk menjadi misionaris. Diantaranya Gan Kwee yang diyakini menjadi orang Tionghoa pertama di Jawa yang menerima baptisan Protestan pada tahun 1856.
Menurut catatan seorang ahli sejarah gereja dan sekaligus seorang Pastor yaitu A. Heuken SJ dalam bukunya yang berjudul Gereja-Gereja Tua di Jakarta, Gan Kwee berasal dari Xianmen, Tiongkok. Ia datang ke Batavia sebagai pekerja pada 1851.
Usai direkrut dan dididik, Gan Kwee langsung diminta melakukan penginjilan. Anthing menyatakan pekabaran Injil pada orang Tionghoa seharusnya dilakukan oleh orang Tionghoa sendiri yang berbahasa mandarin dan paham benar dengan akar budaya etnis tersebut.
Ternyata pekabaran Injil yang dilakukan Gan Kwee bisa diterima oleh masyarakat Tionghoa di Batavia. Meski begitu dibutuhkan waktu hingga 12 tahun, yakni pada 1868 untuk menjadikan 17 orang Tionghoa dewasa menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.
Mereka kemudian dibaptis oleh seorang pendeta Belanda yang bernama Ds. de Gaay Fortman. Selanjutnya mereka membentuk kelompok jemaat di kawasan Patekoan (kini Jl. Perniagaan Jakarta Barat).
Setelah beberapa lama berkarya di Batavia, Gan Kwee mulai mengabarkan Injil ke kota-kota lain. Hasilnya, sebagaimana yang terjadi di Batavia, jemaat-jemaat Tionghoa berkembang dengan cepat di Indramayu, Cirebon, Bandung bahkan ke Sukabumi dan Bogor.
Menyaksikan buah-buah pekabaran injil itu, salah seorang misionaris dari Nederlandsche Zendings Vereeniging (NZV), A.K. de Groot mengatakan..., "Sejarah telah membuktikan kepada kita bahwa Allah kadangkala telah bekerja dengan cara yang ajaib diantara orang-orang Tionghoa. Jemaat Injili Patekoan (Batavia), Indramayu, dan Kudus telah membuktikan hal itu, bahwa tanpa pekabar-pekabar Injil Eropa Allah juga berkenan membiarkan Injil berakar di hati orang-orang Tionghoa.”(*/Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar