Ada
satu orang tokoh dalam Alkitab yang menurut saya cukup istimewa. Namanya
tertulis 20 kali di Kitab 2 Tawarikh, Ezra, Daniel dan juga Yesaya. Ia adalah
Koresh. Sejarah dunia mengenalnya sebagai Cyrus yang agung.
Dalam
Kitab Yesaya, Tuhan memilih Koresh sebagai gembala bagi umat Israel (Yes
44:28). Ia juga disebut sebagai orang yang diurapi Tuhan, yang tangan kanannya
dipegang Tuhan. Bahkan Tuhan juga membuka pintu-pintu bagi Koresh agar ia bisa
menundukkan banyak bangsa dan melucuti raja-raja (Yes 45:1).
Dalam
ayat selanjutnya disebutkan bahwa Tuhan akan menggerakkan Koresh untuk melepaskan
dan menyelamatkan umat Israel dari perbudakan bangsa Babel sekaligus membangun kembali
rumah Tuhan di Yerusalem (Yes 45:13).
Dan
inilah keistimewaannya. Koresh bukan orang Yahudi seperti Musa yang pernah
membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Ia adalah orang
Persia yang justru dipakai Tuhan untuk melepaskan umat pilihan-Nya dari
belenggu bangsa Babel.
Koresh
(Persia kuno: Kurush, Modern Persia: Kurosh yang berarti matahari) adalah
pendiri Kekaisaran Persia yang menjadi salah satu raja besar di abad ke 6
Sebelum Masehi (600 SM – 530 SM). Wilayah kekuasaannya hampir di seluruh daerah
Timur Tengah lama yang membentang mulai India hingga Laut Tengah.
Sebagaimana
orang-orang Persia (Iran) pada masa itu, Koresh pun menjadi penganut Zoroaster,
sebuah agama monotheis yang menyembah Ahura Mazda atau ‘Tuhan yang bijaksana’.
Sejarah menyebut Koresh sebagai jemaat yang saleh dan taat yang keimanannya menjelma
dalam perilaku dan kebesarannya.
Buku
Sejarah Dunia Kuno yang ditulis oleh Susan Wise Bauer menyebutkan Koresh agung
adalah anak dari Cambyses, raja dari Kerajaan Persia, dengan Mandane, putri raja
Astyages dari Kerajaan Midia. Ia lahir saat Nebukadnezar berkuasa di kerajaan
Babilonia atau Babel.
Pada
tahun 559 SM, raja Cambyses meninggal dan Koresh muda menjadi penguasa atas
Persia. Saat itu ia melihat dan mendengar bahwa kakek dari pihak ibunya, adalah
raja yang jahat. Karena itu, iapun memilih untuk memberontak melawan
kesewenang-wenangan kerajaan Midia yang diperintah kakeknya.
Perlahan-lahan
Koresh mulai meyakinkan suku bangsa lain untuk melawan Midia dengan slogan
“Bebaskan dirimu dari perbudakan…setidaknya kamu sederajat dengan bangsa Midia dalam
segalanya, termasuk peperangan!”
Peperangan
besar antara kedua kerajaan itupun terjadi. Hasilnya Koresh menang dan Astyages
menjadi tahanan. Astyages kemudian meninggal dalam tahanan yang nyaman menurut
ukuran pada masa itu.
Koresh
pun telah menjadi raja atas orang Midia dan Persia. Berikutnya, ia berusaha
menaklukkan kerajaan Lydia, yang saat ini berada di wilayah Turki. Dalam
peperangan itu, Lydia meminta bantuan dari sekutunya, kerajaan Babilonia.
Babilonia
adalah kekuatan yang paling berkuasa saat itu. Kerajaan besar lainnya namun
memiliki kekuasaan yang lebih kecil di wilayah Mesopotamia dan sekitarnya pada
saat itu adalah Persia, Mesir, dan bangsa Scythia.
Pada
tahun 540 SM Koresh melihat kesempatan untuk menyerang Babilonia mulai
mengirimkan pasukan penyerang untuk mengadakan perang-perang kecil dengan orang
Babilonia sepanjang perbatasan sebelah timur.
Berdasarkan
catatan seorang penulis bernama Xenophon, kejatuhan Babel terjadi pada tahun
539 SM saat pasukan Persia berhasil menerobos benteng kota Babel melalui sungai
Tigris yang telah dikeringkan.
Hal
tersebut memungkinkan pasukan Persia untuk bergerak melalui lumpur di dasar
sungai, di bawah tembok-tembok kota. Unit penyerang inti memanjat keluar dari
dasar sungai di dalam kota pada malam hari. Gerbang-gerbang dibuka dari dalam
dan orang-orang Persia masuk ke dalam Babel.
Menurut
kitab Daniel, saat itu Belsyazar (raja muda yang memerintah Babel bersama Nabonidus)
sedang berpesta di dalam istana dengan ratusan bangsawan dan sudah sama sekali
tidak menyadari kedatangan pasukan Persia. Nabodinus ditangkap dan dijadikan
tahanan sedang Belsyazar dibunuh.
Keberhasilannya
mengalahkan Midia dan Babilonia menjadikan Koresh sebagai raja besar di wilayah
itu. Karena seluruh negara taklukan Midia dan Babel otomatis masuk ke dalam
wilayah kekuasaannya. Dan untuk menandai keberhasilannya itu Koresh membangun ibukota
baru bernama Pasargadae di Iran saat ini.
Werner
Keller dalam Bible as History, menulis bahwa Koresh "adalah raja
tercerahkan.yang tak tertandingi, tangkas, dan brilian meningkatkan kekuasaan
tanpa terkotori, tidak ada kekerasan. Kemampuannya dengan punuh bijak dan
sangat manusiawi, membuatnya menjadi salah satu tokoh yang paling menarik dalam
orientasi kuno.” Koresh telah menghapuskan fitur yang paling menjijikkan dari
raja oriental sebelumnya, yakni kekejaman despotik.
Xenophon
berkisah, untuk mengendalikan orang-orang jajahannya, Koresh mengombinasikan konsep
pengekangan, keadilan, kepandaian, dan kebaikan jiwa. Sikap itulah yang
menjadikannya mampu mendirikan sebuah kekaisaran yang cukup besar di peradaban
purba.
Sedangkan
Susan menilai semua keadilan dan kebajikan jiwa Koresh pada rakyat jajahannya
mampu menciptakan kepatuhan dibanding konsep teror yang dilakukan oleh raja-raja
lainnya.
Berbeda
dengan orang-orang Assiria, dia tidak berusaha menghancurkan kesetiaan atau
identitas bangsa (bangsa Assiria adalah bangsa yang menawan orang-orang Israel
Utara dan menghancurkan identitas mereka). Sebaliknya Koresh melihat dirinya
sebagai pendamping yang penuh kebajikan untuk identitas tersebut (Susan Wise
Bauer).
Silinder Babilonia yang berisi dekrit Koresh untuk membebaskan orang-orang
dari bangsa lain, termasuk umat Israel, yang dijadikan budak di kerajaan Babilonia
Ketika
Koresh dipakai Tuhan, ia membuat satu dekrit agar umat Israel dilepaskan dari
perbudakan dan diijinkan kembali ke Yerusalem untuk membangun bait Allah melalui
perantaraan Ezra dan Nehemia (Ezra 1:4).
Dekrit
ini secara nyata ditemukan pada tahun 1879 di dalam reruntuhan istana Babel di
Irak dewasa ini. Sekarang ini ada di British Museum dan dikenal sebagai Cyrus
Cylinder. Allah di dalam kedaulatan-Nya memelihara dekrit ini. Bukan hanya itu,
kubur Koresh di Iran juga masih terjaga hingga saat ini, bahkan ditetapkan
sebagai salah satu warisan dunia.
Kata
Koresh dalam Ezra maupun 2 Tawarikh demikian “Beginilah perintah Koresh, raja
Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah
semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem,
yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Tuhan,
Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!”.
Perkataan
Koresh tersebut disebarkan secara lisan dan tulisan ke seluruh negeri Persia
dan jajahannya. Dan ingat, bahwa Koresh dipatuhi rakyatnya dengan sukarela dan
setiap kata-katanya didengar oleh rakyatnya.
Yesaya
45:5-6 terpenuhi melalui perkataan Koresh tersebut, bahwa “supaya orang tahu
dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku.
Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan
gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah Tuhan
yang membuat semuanya ini”.
Makam Raja Koresh yang agung yang hingga kini masih bisa dikunjungi di Iran
Kisah
Koresh hanyalah satu dari sekian banyak kisah sejarah di dalam misi penyataan
Allah kepada dunia ini. Kejayaan Koresh adalah bukti betapa Allah hadir dalam
dunia, walaupun Koresh tidak mengenal Allah tersebut (berulang kali ditegaskan
dalam Yesaya 45:1-8 “sekalipun engkau tidak mengenal Aku”). *ditulis kembali
oleh Luddy E. Pramono dari berbagai sumber
Terima kasih tulisannya sangat menginspirasi. Saya minta izin mengambilnya sebagai referensi tulisan saya pak.
BalasHapus